Ilustrasi satu botol vaksin Covid-19 di laboratorium. (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19, Prof. Wiku Adisasmito mengatakan Indonesia dapat belajar dari 3 negara dengan cakupan vaksinasi dosis lengkap yang tinggi namun mengalami kenaikan kasus kematian dan konfirmasi saat Omicron menyebar. Ketiganya adalah Amerika Serikat (AS), Norwegia dan Korea Selatan.

“Ketiganya merupakan 3 negara yang melaporkan Omicron ketika kasus positif dan kematiannya mengalami kenaikan yang cukup signifikan,” ungkap Wiku dalam Keterangan Pers Perkembangan Penanganan COVID-19, Kamis (23/12), yang disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden.

Ia mengatakan 3 negara ini cakupan dosis vaksinasi lengkapnya sudah melebihi 60 persen. Namun nyatanya kasus positif dan kematiannya tetap dapat meningkat.

Seperti di AS, cakupannya mencapai 61 persen, namun tidak dibarengi pengaturan kegiatan masyarakat, mobilitas, dan perjalanan antar negara yang terus meningkat. Adanya kegiatan berkumpul di tempat umum maupun pemukiman selama periode thanksgiving dan menjelang Natal serta Tahun Baru menyebabkan penularannya meningkat.

Ditambah lagi penggunaan masker sudah tidak menjadi kewajiban sejak lama dan pengawasan protokol kesehatan lainnya juga tidak dilakukan dengan ketat.

Baca juga:  Garap Potensi Pasar Afrika, Forum Bilateral Digelar di Bali

Selanjutnya, Norwegia. Negara ini satu dari sekian negara di Eropa dengan kasus Omicron yang terus meningkat tajam. Padahal vaksin dosis lengkap di Norwegia telah mencapai 71,45 persen. Nyatanya, kasus positif yang meningkat dibarengi jumlah kematian yang meningkat.

Penularan Omicron yang meluas di masyarakat dapat menjadi penyebabnya. Karena di Norwegia, masifnya kegiatan pesta menjelang Natal dan Tahun Baru, kegiatan belajar-mengajar di sekolah serta penerapan protokol kesehatan terutama penggunaan masker yang lengah.

Ditambah lagi perjalanan dari dan ke sesama negara Eropa yang tinggi tidak dibarengi dengan peraturan ketat terhadap syarat perjalanan. Hal ini juga disebabkan letak geografis negara-negara tersebut yang berada dalam satu daratan. Serta tingginya ketergantungan antarnegara sehingga lebih sulit untuk menerapkan kebijakan perjalanan seperti testing dan karantina.

Yang terakhir, Korea Selatan. Negara ini salah satu di Asia dengan vaksinasi dosis lengkap tertinggi yaitu mencapai lebih dari 80 persen populasi. Namun tidak menghentikan masuknya varian Omicron dan kasus COVID-19 terus meningkat.

Baca juga:  Ini, Hasil Rapat PHDI dan MDA Soal Bali "Sipeng" 3 Hari

Bahkan tren kematiannya juga meningkat. Hal ini disebabkan karena persiapan menuju endemi yang tidak dilakukan dengan baik.

Padahal kasus di Korea Selatan sempat menurun pada Oktober dan November lalu, seiring pembukaan bertahap pada aktivitas masyarakat. Namun, implementasi protokol kesehatan lengah pada tempat umum, sementara jam operasional bar dan restoran serta tempat umum lainnya sudah tidak dibatasi.

Ia mengutarakan kondisi di Indonesia cukup berbeda karena kasus masih terkendali hingga saat ini. Kasus positif dan kasus kematian terus menurun.

Tetapi, cakupan vaksinasi dosis lengkap di Indonesia, masih terbilang cukup rendah yaitu masih 39 persen dari total populasi. Karenanya, jika melihat kondisi yang cukup mengkhawatirkan di berbagai negara lainnya, Indonesia harus meningkatkan kewaspadaan dan semaksimal mungkin mencegah potensi penularan.

Terlebih Indonesia sudah ada 8 kasus Omicron. Dan saat ini Indonesia menerapkan kebijakan berlapis pada pelaku perjalanan internasional serta memasifkan testing dan tracing. Jika berkaca dari 3 negara yang dijelaskan sebelumnya, tampak jelas tidak ada solusi tunggal dalam mencegah penularan COVID-19.

Baca juga:  Tak Bebankan Masyarakat, Vaksin Covid-19 Diproduksi 17 Juta Perbulan

Walaupun jika vaksinasi tinggi namun masyarakatnya abai dalam mematuhi prokes maka tentu saja potensi penularan akan tetap meningkat. “Vaksinasi yang tinggi jika tidak dibarengi pengaturan kegiatan masyarakat tidak akan maksimal mencegah penularan,” ujarnya.

Indonesia memiliki tugas besar untuk menjaga agar kasus di tidak meningkat. Ada 3 tantangan yang harus dihadapi yakni kasus yang sedang stabil rendah, aktivitas masyarakat yang sudah kembali normal serta sudah masuknya varian Omicron yang diketahui lebih cepat penularannya.

Kepada Pemerintah Daerah diminta terus memonitor perkembangan kasus. Apabila menunjukkan kenaikan segera ditindaklanjuti.

Pengawasan protokol kesehatan penting dilakukan baik di fasilitas umum hingga di tingkat pemukiman di desa atau kelurahan melalui Satgas posko. “Kepada masyarakat yang saat ini masih berada di Indonesia dimohon menahan diri untuk tidak bepergian keluar negeri apabila tidak ada keperluan mendesak,” pungkas Wiku. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *