Ir. Dharma Gusti Putra Agung Kresna. (BP/Istimewa)

Oleh Agung Kresna

Budaya adalah hulu perekonomian Bali. Demikian Gubernur Koster mengingatkan agar para pelaku ekonomi Bali wajib turut menjaga budaya Bali (Bali Post, 21-12-2021). Budaya, adat, dan tradisi adalah modal utama Bali.

Bali tidak memiliki sumber daya alam tambang atau gas; hanya memiliki adat budaya yang adiluhung sebagai social-economic capital. Agar nilai-nilai
luhur budaya Bali dapat diwariskan secara berkelanjutan, kemudian menjadi konsep pembangunan kawasan Pusat Kebudayaan
Bali (PKB) di Klungkung.

PKB merupakan wujud inventarisasi warisan kebudayaan Bali masa lalu yang diintegrasikan dengan kebutuhan pengetahuan dan teknologi masa
kini dan masa yang akan datang. Kawasan PKB seluas lebih dari 300 hektare tersebut berada dalam bentang nyegara gunung.

Sejarah peradaban Bali sendiri memang terpusat di Klungkung pada masa keemasan Raja Gelgel Dalem Waturenggong. Sehingga bukan kebetulan jika PKB diban￾gun di wilayah Klungkung.

Baca juga:  Urgensi Relaksasi Kurikulum

PKB sepenuhnya juga merupakan karya krama Bali. Sebagai sebuah entitas kehidupan yang penuh aura
budaya tradisi, saat ini Bali sedang dilanda arus budaya global yang serba berubah dengan cepat. Bali sebenarnya memiliki kekayaan cultural heritage yang bersifat tangible maupun intangible.

Sayangnya warisan budaya tersebut belum dilirik sebagai suatu potensi ekonomi yang luar biasa.
Sementara melalui Prasasti Blanjong, sebenarnya Sri Kesari Warmadewa sebagai pendiri dinasti Warmadewa telah memosisikan Bali menjadi bagian dari dinamika perkembangan sosio-politik Asia di abad 9-10.

Hal ini ditunjukkan melalui penggunaan bahasa Bali Kuno dengan aksara Pre-Nagari, serta bahasa Sansekerta dengan aksara Bali Kuno/Kawi. Paparan infiltrasi adat-budaya asing terhadap peradaban Bali adalah sebuah keniscayaan yang akan terus terjadi.

Baca juga:  Ekonomi Bali Pascakebijakan Bebas Karantina, Pulih Lebih Cepat Tapi Belum Normal

Namun marwah peradaban Bali harus selalu kita muliakan agar tetap berada dalam bingkai filosofi Tri Hita Karana sebagai mindset keseharian kehidupan
krama Bali. Globalisasi dan percepatan teknologi informasi memang sebuah keniscayaan.

Pusat Kebudayaan Bali juga diharapkan ikut menjadi sarana dalam mewariskan nilai-nilai luhur peradaban Bali secara berkelanjutan. Pengenalan sejarah sosial-budaya Bali dalam kawasan Pusat Kebudayaan Bali akan menjadi cermin segenap pengunjung –utamanya
krama Bali- dalam memahami peradaban budaya Bali.

Tata ruang kawasan Pusat Kebudayaan Bali disusun dalam kerangka dasar Sat Kerthi sesuai visi pembangunan Bali Era Baru Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Kawasan PKB akan terdiri dari beberapa kawasan.

Kawasan Wana Kerthi akan berisi hutan dan taman rekreasi. Dalam kawasan Danu Kerthi akan dibangun danau dan estuary dam.

Baca juga:  Transformasi Ekonomi Bali

Sementara kehadiran Catus Pata akan dibangun dalam kawasan Atma Kerthi. Sedang kawasan Jagat Kerthi akan berisi panggung pertunjukan dan area pertunjukan lainnya.

Kawasan Jana Kerthi menjadi kawasan pusat kebudayaan Bali serta area pendukung seperti hotel dan apartemen. Marina dan fasilitas laut lainnya akan dibangun dalam kawasan Segara Kerthi.

Pemuliaan dan pewarisan nilai luhur peradaban Bali
memang menjadi kunci dalam meneguhkan kembali kebudayaan Bali. Generasi mendatang krama Bali, nantinya diharapkan dapat memahami keteguhan para leluhur mereka dalam membangun peradaban Bali. Pemahaman ini salah satunya adalah melalui
kehadiran Pusat Kebudayaan Bali.

Penulis Arsitek, Senior Researcher pada Centre of Culture & Urban Studies (CoCUS) Bali, tinggal di Denpasar

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *