JAKARTA, BALIPOST.com – Peningkatan kasus COVID-19 yang per Kamis (20/1) mencapai 2.116 orang membuat pemerintah pusat melakukan berbagai antisipasi. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut B. Pandjaitan kembali memimpin Rapat Koordinasi Evaluasi PPKM Jawa Bali bersama seluruh Gubernur Jawa Bali dan Forkimpimda guna mengantisipasi gelombang varian omicron yang sedang mewabah saat ini pada Kamis.
Dikutip dalam keterangan tertulisnya, Luhut meminta agar semua pihak melihat pengalaman negara lain, yang perawatan rumah sakit dan tingkat kematian dapat meningkat ketika kasus naik berkali-kali lipat. “Upaya flattening the curve atau memperlandai kenaikan kasus positif, harus dilakukan untuk mengurangi beban sistem kesehatan. Kuncinya adalah penegakan protokol kesehatan dan akselerasi vaksinasi di tiap daerah,” tutur Menko Luhut.
Kasus saat ini sebagian besar terjadi di daerah Jabodetabek yang capaian vaksinasi dosis 1 dan 2-nya sudah tinggi. Untuk itu vaksinasi booster harus segera dikejar di daerah Jabodetabek. “Hari ini teater perang sesungguhnya akibat peningkatan kasus terjadi di wilayah Jabodetabek, untuk itu saya minta provinsi DKI, Banten, dan Jawa Barat agar segera mengakselerasi vaksinasi booster,” ujarnya.
Mengingat Jabodetabek adalah pusat mobilitas, penyebaran kasus ke provinsi lain dapat terjadi dengan lebih cepat. Meski belum terjadi peningkatan signfikan di provinsi lain, juga harus tetap bersiap.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menambahkan saat ini kasus terbanyak ada di DKI Jakarta dan segera akan menyebar ke daerah di sekitarnya. “Saat ini kita harus kembali meningkatkan testing dan tracing untuk mengetahui penyebaran yang terjadi di sekitar kita, dan terus meningkatkan vaksinasi,” jelasnya.
Dalam kesempatan itu, Gubernur DKI Jakarta, Gubernur Banten, Gubernur Jawa Tengah, Gubernur Bali, Wakil Gubernur DIY, Sekda Jawa Barat, dan Sekda Jawa Timur juga memaparkan kondisi terkini tiap daerahnya dalam menghadapi gelombang Omicron. Seluruh kepala daerah sudah bersiap menyediakan perawatan dan menyiapkan langkah antisipasi akibat varian ini.
Dr. Erlina dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, mengatakan bahwa varian Omicron ini lebih menunjukkan gejala kepada batuk dibanding sesak nafas. Sehingga, seluruh masyarakat harus dapat lebih memperhatikan lagi terhadap gejala yang dialami. “Kami saat ini juga telah mengajarkan kepada tenaga kesehatan mengenai telemedicine, terkait tata cara isolasi mandiri, penggunaan obat-obatan, sehingga ketika kasus kembali naik seluruh nakes telah siap,” ungkapnya. (kmb/balipost)