DENPASAR, BALIPOST.com – Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) bersama Yayasan Pengembangan Bisnis Managemen (YPBM) sebagai inisiator dalam menjawab berbagai isu blockchain sepakat untuk mewujudkan dan menyukseskan Blockchain Technology University di Indonesia. Hal ini disepakati berdasarkan hasil perumusan dari seminar dan FGD yang dilakukan sejak Jumat (21/1) dan disampaikan Sabtu (22/1) saat konferensi pers di Aston Hotel, Denpasar.
Ketua Tim Perumus, Mohammad Jafar Hafsah, mengatakan hasil seminar dan FGD mendiskusikan blockchain, teknologi, tools, aplikasi yang dapat digunakan dalam bidang bisnis, perekonomian, pendidikan, sosial, budaya, politik dan seluruh aspek kehidupan. Termasuk, sebagai alat tukar, alat bayar yang sedang berkembang pesat di Indonesia dengan jumlah pelakunya mencapai jutaan.
Menurutnya, saat ini dunia, khususnya Indonesia sudah masuk era teknologi 4.0 sehingga terjadi perubahan yang signifikan dalam kompetensi, bukan yang besar mengalahkan yang kecil namun yang cepat mengalahkan yang lambat. Oleh karena itu dibutuhkan agility and adaptability agar bisa memenangkan persaingan di era 4.0. “Untuk mendukung kelincahan tersebut maka dibutuhkan teknologi dan blockchain sebagai jawaban dari era teknologi 4.0,” ujarnya.
Blockchain dijelaskan merupakan gabungan dua kata, block adalah catatan dan chain adalah rangkaian, sehingga menjadi bigdata yang bisa menjadi akses untuk kemajuan ekonomi, pendidikan, politik, dan sosial budaya. Blockchain dinilai mampu mewujudkan capital inflow untuk menarik dana dari luar Indonesia sehingga dapat dikelola dan diedarkan di Indonesia pasca pandemi COVID-19 untuk pemulihan perekonomian nasional secara fundamental karena memiliki underlying asset, bukan bubble econony.
Selain itu, blockchain mampu menciptakan lapangan pekerjaan dalam bidang teknologi informasi untuk menekan pengangguran di Indonesia saat ini dan ke depannya. Blockchain dapat sebagai inkubator bisnis bagi UMKM di Indonesia untuk bersaing di tatanan global untuk mendapatkan investasi atau modal.
Ia mengungkapkan masih ada sejumlah kendala yang diamati dalam pengembangan teknologi blockchain. Di Indonesia, kebanyakan tidak mengetahui secara detail tentang blockchain namun hanya melihat aset digitalnya saja.
Dalam mengatasi permasalahan tersebut, dinilai penting meningkatkan literasi agar terjadi kesadaran kolektif tentang pentingnya blockchain bagi pentahelix yang terdiri dari pemerintah, akademisi, private sektor (sektor swasta), masyarakat dan media. Agar terjadi kontribusi kolektif dan kolaborasi di antara pentahelix maka dibutuhkan regulasi yang mengatur terkait peran masing-masing dalam membangun iklim yang sehat sesuai dengan pondasi agama, norma dan budaya Indonesia. Dengan perkembangan blockchain yang masif di Indonesia, ia berharap pemerintah segera membuat regulasi dengan melibatkan orang-orang yang ahli di bidang tersebut. (Adv/balipost)