Pemilik Putri Mas Collection, dr. Luh Wayan Sriadi menunjukkan piagam Bali Brand yang diterimanya. (BP/olo)

NEGARA, BALIPOST.com – Tenun Songket yang diproduksi Putri Mas Collection inovasi dari dr. Luh Wayan Sriadi membawa songket folklore Jembrana ke kancah nasional. Bahkan diperhitungkan di pasar dunia.

Produk songket UMKM asal Jembrana yang telah mengantongi hingga 20 sertifikat HAKI (hak kekayaan intelektual) ini layak mendapatkan Bali Brand 2021. Kerja keras Putri Mas Collection dalam berkreasi dan inovasi di bidang tenun songket, menginspirasi untuk terus berkarya tanpa pamrih.

Ditemui di rumah sekaligus gallery tenun di Pendem, Kecamatan Jembrana, Luh Wayan Sriadi di awal merintis tenun songket tanpa sambungan ini bersama-sama suaminya Alm. I Ketut Widiadnyana hanya bermodal semangat. Sebelum menekuni usaha tenun songket, Luh Wayan Sriadi sejatinya sudah memberdayakan para ibu-ibu rumah tangga di sekitar dusun di Dewasana lokasi Puskesmas Pembantu tempat dirinya bertugas dokter. “Awalnya dulu saya ajak perempuan, ibu-ibu mengisi waktu luang membuat bordir kebaya. Lalu, berkembang menjadi tenun songket, setelah saya lihat sebagian besar mereka memiliki kemampuan menenun dan punya alat tenun Cagcag,” kata Sriadi.

 

Baca juga:  Dikeluhkan Warga, Satpol PP Cek Perumahan di Pendem

UMKM yang merupakan binaan Bank Indonesia ini semakin berkembang dengan inovasinya. Ia bersama almarhum suaminya, berkreasi agar songket yang diproduksi tidak seperti biasanya.

Dari banyak masukan, tenun songket yang biasa dihasilkan dari Cagcag masih sambung (panjang terbatas) dan terkesan kaku. “Dari berbagai masukan itu, kami melakukan survei dan uji coba berulang-ulang. Hingga akhirnya ketemu solusi menggunakan alat tenun songket tanpa sambungan dengan sejumlah modifikasi mengikuti kebiasaan para penenun Jembrana. Jadilah alat tenun songket yang kami pakai sekarang ini,” tambah dia.

Baca juga:  Cabai Sentuh Rp 100 Ribu Per Kilo, Ini Penyebabnya Keluhan Tak Banyak Muncul

Motif yang diproduksi lebih banyak mengedepankan tenun folklore khas Jembrana yang dikenal dengan warna alami dan terang. Namun inovasi yang dilakukan tenun Putri Mas Collection ini, tenun songket tanpa sambungan, serta tidak terkesan kaku dan berat.

Karena itu, motif-motif yang dihasilkan mengangkat motif Jembrana dan terbukti dapat dikenal bahkan dapat diterima di pasar nasional maupun mancanegara. Dalam setiap even pameran baik bertaraf nasional maupun internasional, Tenun Songket Jembrana Putri Mas selalu dicari.

Baca juga:  Kembali Ditemukan Pekerja Migran Positif Covid-19

Kini, Luh Wayan Sriadi, mampu mempekerjakan hingga 50 pekerja. Sebagian besar merupakan wanita penenun yang tersebar di Pendem, Batuagung, Sangkaragung dan Dangintukadaya. “Seperti di awal, kami tetap berdayakan perajin tenun perempuan yang tersebar di desa-desa. Dengan tetap mengedepankan kualitas,” ujarnya.

Untuk satu tenun songket, membutuhkan waktu memproduksi satu hingga dua bulan. Meski dikenal hingga melanglang buana, Luh Wayan Sriadi terus membuat inovasi baik motif dan produk karya. Teranyar, Sriadi mendapatkan kepercayaan membuat Kimono (pakaian tradisional Jepang), menggunakan bahan tenun songket Jembrana. (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *