ZURICH, BALIPOST.com – Kebutuhan penguatan kerja sama tentang asal usul COVID-19, isu kontroversial yang memicu ketegangan hubungan antara Beijing dengan negara-negara Barat dilakukan pembahasan oleh Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus dan Perdana Menteri China Li Keqiang.
Tedros sebelumnya mendesak China untuk lebih terbuka mengenai data dan informasi terkait asal usul virus corona. “Senang bertemu dengan Perdana Menteri Li Keqiang. Kami membahas COVID-19 dan perlunya upaya agresif VaccinEquity tahun ini untuk memvaksinasi 70 persen dari seluruh populasi,” kata Tedros dikutip dari kantor berita Antara, Minggu (6/2).
VaccinEquity yang ia maksud adalah gerakan yang diusung WHO soal akses merata untuk seluruh dunia dalam mendapatkan vaksin. “Kami juga membahas perlunya kolaborasi yang lebih kuat tentang asal-usul virus COVID-19, yang berakar pada sains dan bukti,” tulis dia.
WHO tahun lalu membentuk Kelompok Penasihat Ilmiah tentang Asal Usul Patogen Novel (SAGO) dan meminta China untuk menyediakan data mentah guna membantu penyelidikan baru. Namun, China menolak permintaan itu dengan alasan aturan privasi pasien.
China secara konsisten membantah tuduhan bahwa virus itu merupakan hasil kebocoran dari laboratorium spesialis di kota Wuhan, tempat COVID-19 pertama kali diidentifikasi pada akhir 2019.
Sebuah studi bersama oleh China dan WHO yang diterbitkan tahun lalu mengesampingkan teori bahwa COVID-19 berasal dari laboratorium.
Menurut studi tersebut, hipotesis yang paling mungkin adalah bahwa virus itu menginfeksi manusia secara alami, mungkin melalui perdagangan satwa liar.
November lalu, China mengatakan laporan intelijen Amerika Serikat yang menyebut kemungkinan pandemi berasal dari laboratorium tidak ilmiah dan tidak dapat dipercaya. (Kmb/Balipost)