DENPASAR, BALIPOST.com – Yayasan Puri Kauhan Ubud menyelenggarakan Seminar Nasional, Toya Uriping Bhuwana, Usadhaning Sangaskara, Air Sumber Kehidupan, Penyembuh Peradaban, di Museum Gunung Agung Batur, Rabu (23/2). Seminar ini membedah kertas akademik menuju rencana aksi pemuliaan air, yang dihasilkan dalam Focus Group Discussion di UHN I Gusti Bagus Sugriwa, STAHN Mpu Kuturan, Singaraja, UNHI Denpasar dan Komunitas Lingkar Studi Batur.
Seminar yang dihadiri berbagai elemen masyarakat ini dibuka Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas. Menteri Agama dalam keterangan persnya mengapresiasi seminar yang diselenggarakan untuk memacu aksi-aksi pemuliaan air ini. Menurutnya, tema ini sangat relevan di tengah banyaknya bencana kerusakan lingkungan hari ini.
Ia menilai upaya-upaya pelestarian, pembersihan dan pensucian air, akan menyembuhkan peradaban dari penyakit, bencana dan perilaku manusia yang tidak baik. “Air yang bersih dan suci menjadi simbol keharmonisan alam atau jagat kerti,” tegasnya.
AAGN Ari Dwipayana selaku Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, menyampaikan adanya tiga ranah penting dalam pemuliaan air, yang disebutnya sebagai Tri Semaya Pemuliaan Air. Pertama, yaitu ranah kebijakan dan implementasi kebijakan. Kedua, di lingkup komunitas di mana perlindungan dan pelestarian air harus melibatkan akar rumput, desa adat, subak, dadia, banjar. Dan yang ketiga, adalah ranah edukasi untuk membangun kesadaran.
Ari menekankan pentingnya pemuliaan air, sebagai dari transfer values dan transfer local wisdom melalui pendidikan, baik pendidikan formal maupun pendidikan di keluarga dan komunitas.
Sejalan dengan itu, Bupati Bangli, Sang Nyoman Sedana Artha mengajak semua pihak untuk terus menerus mencari dan menemukan jalan keluar dari labirin ketidakharmonisan relasi manusia dengan lingkungan. Termasuk, mengatasi persoalan ketersediaan air bersih di Bali.
Dane Jero Gede Batur Duhuran, selaku keynote speaker mengajak masyarakat untuk memberikan perhatian pada Danau Batur sebagai sumber air terbesar di Bali. Ia mengingat kembali, pentingnya mengimplementasikan nilai-nilai budaya luhur, yang diwariskan untuk menjaga kelestarian dan keberlanjutan alam melalui ceritera rakyat, mitos, catatan tekstual hingga praktik ritual. (kmb/balipost)