Prof. Ratminingsih. (BP/Istimewa)

Oleh Prof. Dr. Ni Made Ratminingsih, M.A.

Waktu yang kita hadapi setiap harinya sama, yaitu 24 jam dalam sehari. Peribahasa “waktu adalah uang” berasal dari peribahasa bahasa Inggris “time is money”. Bila dianalisis perkata, waktu tidaklah sama dengan uang dan uang tidak bisa menggantikan waktu.

Waktu memang sangatlah bermanfaat. Sama manfaatnya dengan uang dalam kehidupan kita. Waktu bila tidak digunakan dengan baik akan meninggalkan kita, karena waktu yang sudah lewat tidak akan pernah kembali. Sementara uang (rezeki) juga akan menjauh bila kita tidak menggunakan waktu dengan bekerja keras.

Begitu pentingnya waktu dan uang tersebut yang tampaknya membuat pendiri Amerika Serikat, Benjamin Franklin memperkenalkan peribahasa di atas pada tahun 1748, yang awalnya ditujukan kepada para pebisnis muda kala itu bahwa untuk menjadi orang yang sukses, waktu harus digunakan dengan baik. Jadi, waktu memang harus dikelola pemanfaatannya dengan baik agar mampu mendatangkan kesuksesan.

Namun demikian, fakta membuktikan bahwa banyak dari kita belum menggunakan waktu dengan baik dan disiplin. Sering sekali kebiasaan ini terbawa dalam berbagai peristiwa (event) yang molor waktunya, dan sering pula kita latah mengatakan maaf karena ada kesalahan teknis atau alasan lain sejenisnya. Tradisi ini akhirnya dianggap biasa dan kemudian menjadi budaya, yakni budaya molor waktu yang kemudian dikenal dengan istilah jam karet (rubber time).

Baca juga:  Bijak Mengelola Kekuasaan

Budaya sesungguhnya mengindikasikan hasil daya cipta, rasa dan karsa yang terbaik. Bukan sebaliknya, sebuah kebiasaan yang jelek dijadikan sebuah budaya. Jadi penggunaan waktu yang sering molor atau jam karet kuranglah tepat dijadikan sebuah budaya. Oleh karena itu, kita wajib mengubah kebiasaan jelek tersebut, apalagi untuk hal-hal yang sifatnya formal dan profesional, seperti dalam melaksanakan pembelajaran di sekolah atau bahkan dalam menyelenggarakan event-event besar skala nasional atau internasional.

Kesuksesan seseorang dalam hidup banyak disebabkan dari keterampilannya mengatur atau melakukan manajemen waktu. Melakukan sesuatu tepat waktu (on time) atau sebelum waktu (in time) jauh lebih baik dibandingkan dengan terlambat (late). Kemampuan melakukan sesuatu kegiatan dengan tepat waktu atau sebelum waktu tersebut mengindikasikan kesungguhan seseorang pada suatu hal yang dikerjakannya dan sering berujung pada kesuksesan. Berbeda dengan keterlambatan,  keterlambatan menyiratkan kemalasan yang sering berujung pada kekurangberhasilan atau bahkan kegagalan.

Baca juga:  Pagerwesi : Kuat Konsep, Lemah Konteks

Waktu sesungguhnya jauh lebih penting daripada uang. Uang tidak mampu membeli waktu, namun menggunakan waktu dengan baik dan disiplin dapat membawa kita pada kesuksesan. Salah satunya menghasilkan uang, seperti tersirat dalam peribahasa di atas yang menjadikan Amerika Serikat negara maju.  Bila kita ingin sukses dan maju, seperti negara-negara lain, sudah semestinya kita menghargai waktu, bukan sebaliknya menyepelekan waktu dengan sering atau suka molor atau menunda.   Apa yang harus dilakukan?

Mengubah pola pikir (mind set), yakni menyadarkan diri sendiri untuk menyegerakan melakukan sesuatu. Semisal mengerjakan tugas yang diberikan guru, jangan ditunggu sampai dengan hari terakhir (due date). Hal tersebut akan berdampak pada kualitas kerja yang kurang baik, karena dikerjakan dengan cepat-cepatan pasti akan berbeda dengan bila dikerjakan lebih awal.

Baca juga:  PPDB dan Tata Ruang Kota

Mengubah kebiasaan dengan mengatur waktu secara proporsional setiap harinya. Kita harus punya prioritas dalam hidup. Semisal kapan dan berapa lama waktu digunakan untuk belajar atau bekerja, istirahat, dan keluarga atau teman. Tentu tidak semua waktu digunakan untuk bekerja saja. Pada masa pandemi ini, kita lebih banyak menggunakan waktu di rumah, belajar atau bekerja yang biasa dilakukan di tempat lain akhirnya harus dikerjakan dari rumah. Meski dilakukan di rumah, alokasi waktu yang ditetapkan untuk belajar dan bekerja mestinya tidak dikurangi, sehingga mampu mencapai hasil yang sama atau bahkan lebih baik kualitasnya.

Jadi, mengatur pemanfaatan waktu harus dijadikan kebiasaan dan bagian hidup sejak dini, karena bila kita tidak mampu menghargai dan mengelola waktu dengan baik, kita memang akan tertinggal terus oleh waktu, yang kemudian membawa kita pada ketidaksuksesan dan dijauhi oleh uang (rezeki).

Penulis, Guru Besar Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Undiksha

BAGIKAN

1 KOMENTAR

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *