Prof. Wiku Adisasmito. (BP/Istimewa)

JAKARTA, BALIPOST.com – Dalam masa adaptasi dan penyesuaian bertahap seperti saat ini, masyarakat diminta tetap berhati-hati dan sebisa mungkin mengurangi risiko penularan saat beraktivitas. Penyesuaian bertahap ini akan berdampak baik apabila sejalan dengan penguatan upaya pencegahan di komunitas terutama pada periode bulan suci Ramadhan dan Idul Fitri. Demikian dikemukakan Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito dikutip dari rilisnya pada Kamis (24/3).

Ia menjelaskan salah satu upaya pencegahan di komunitas ialah melindungi kelompok rentan utamanya pada penderita komorbid Diabetes Mellitus (DM). Sebagaimana anjuran umum pencegahan COVID-19, termasuk juga pada lansia dan komorbid, hal-hal yang harus dilakukan adalah disiplin protokol kesehatan ketat, menggencarkan vaksinasi, dan menjalani pola hidup yang sehat.

Baca juga:  Yana Mulyana Diberhentikan Secara Tidak Hormat

“Ini (DM) merupakan salah satu komorbid yang banyak ditemukan pada pasien COVID-19. Pasien dengan komorbid ini juga berkontribusi pada tingginya angka kematian COVID-19,” ungkap Wiku.

Untuk lebih memahaminya, diabetes mellitus berhubungan dengan sel bagian dalam pembuluh darah atau sel endotel. Sel ini juga sangat berperan pada infeksi COVID-19. Diketahui, sistem kekebalan tubuh pasien mengalami penurunan sehingga berpengaruh kepada produksi antibodi yang terbatas untuk melawan infeksi.

Baca juga:  Kumulatif Kasus COVID-19 Bali Lampaui 110 Ribu Orang

Para penderita diabetes mellitus diharapkan memastikan bahwa penyakitnya dapat terkendali. Ada 4 cara yang dapat dilakukan agar penderita diabetes mellitus dapat menjaga kondisi tubuhnya.

Pertama, memastikan kadar gula darah tetap dalam rentang normal untuk penderita DM. Kedua, pastikan mendapat pengobatan yang memadai dari dokter, konsumsi obat sesuai dengan dosis dan anjuran dokter. Ketiga, melakukan konsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum divaksinasi, dan keempat mencukupi kebutuhan gizi dengan diet harian sesuai panduan pada pasien DM dan batasi atau hindari konsumsi gula.

Untuk itu, demi perlindungan yang menyeluruh, vaksinasi juga harus digencarkan, termasuk upaya booster. Perlu diingat kembali, bahwa terdapat rentang waktu dari sejak vaksin pertama kali disuntik sampai imunitas dalam tubuh benar-benar terbentuk.

Baca juga:  Bertambah Puluhan Kasus COViD-19, Klaster Ini Dominasi Tambahan di Tabanan

Merujuk pendapat ahli Imunologi, rata-rata imunitas terhadap COVID-19 dapat efektif terbentuk dalam tubuh setelah 1-2 minggu setelah penyuntikkan dilakukan. Fakta ini sepatutnya menjadi penyemangat untuk segera mendapatkan vaksin sebelum kembali aktif dalam melakukan kegiatan dan berinteraksi sosial pada skala besar.

“Ingat, Vaksin yang terbaik adalah vaksin yang paling cepat kita dapatkan karena semua jenis vaksin akan sama efektifnya tanpa memandang apa merknya,” jelas Wiku. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *