Foto diambil pada 21 Maret 2022 memperlihatkan serpihan pesawat China Eastern Airlines yang jatuh di daerah pengunungan Desa Tengxian, Kota Wuzhou, kawasan Guangxi. (BP/AFP)

BEIJING, BALIPOST.com – China Eastern Airlines membantah isu pemangkasan dana pemeliharaan pesawat senilai 10 miliar yuan (sekitar Rp22,5 triliun) sepanjang tahun 2021, Jumat (25/3). Pemangkasan dana itu telah dikaitkan dengan kecelakaan pesawat miliknya di Guangxi pekan ini yang menewaskan 132 orang.

Dalam konferensi pers di Nanning, Guangxi, dilansir Kantor Berita Antara, maskapai itu membantah rumor tersebut. “Untuk menjamin keselamatan, biaya pemeliharaan ditingkatkan, meskipun frekuensi penerbangan lebih sedikit karena COVID-19,” kata China Eastern dalam sebuah pernyataan yang dikutip media-media setempat.

Baca juga:  Limbah Dibuang ke Sungai, Satpol PP Klungkung Tutup Sentra Potong Ayam di Gelgel

Bahkan dibandingkan dengan 2019, biaya pemeliharaan pada 2021 naik 12 persen, tulis China Daily mengutip China Eastern.

“Karena China Eastern terdaftar di lantai bursa, silakan cek data-data yang sudah terbuka dan transparan itu,” kata pihak maskapai yang berkantor pusat di Shanghai itu.

Kecelakaan udara terbesar di China dalam 12 tahun terakhir itu juga diduga disebabkan oleh kerusakan pada pickle fork, komponen yang menyatukan badan dan sayap pesawat.

China Eastern mengatakan tidak ada masalah dengan komponen itu sehingga perbaikan tidak dibutuhkan, apalagi diperbaiki secara mandiri seperti yang diisukan selama ini.

Baca juga:  Longsor Sempat Tutup Akses ke Pura Agung Besakih, Warga dari Klungkung Diimbau Cari Jalur Alternatif

Sementara itu, pakar kedirgantaraan dari Beihang University Prof Huang Jun menduga pilot pesawat nahas tersebut kehilangan kendali.

“Salah satu alasan jatuhnya pesawat itu secara tiba-tiba bisa jadi karena kerusakan sistem kendali penerbangan secara tiba-tiba,” katanya seperti dikutip Global Times.

Dengan kegagalan fungsi pada sistem kendali tersebut, kata dia, pesawat bernomor penerbangan MU-5735 itu akan kehilangan daya angkat.

Jatuhnya pesawat itu dari ketinggian hampir 9.000 meter dalam penerbangan dari Kunming, Provinsi Yunnan, menuju Guangzhou, Provinsi Guangdong, masih meninggalkan misteri.

Baca juga:  Jatuhnya Pesawat China Eastern, Otoritas China Sebut Janggal Tak Ada Korban Selamat

Pesawat tersebut jatuh secara vertikal sebelum meledak dan terbakar saat menghunjam perbukitan di Kabupaten Tengxiang, Guangxi.

Tim penyelamat berhasil menemukan satu dari dua kotak hitam pesawat.

Nilai saham China Eastern di bursa Shanghai terus menurun sejak kecelakaan itu. Hingga perdagangan saham ditutup pada Jumat (26/3), harga saham maskapai itu mencapai 4,90 yuan (Rp11.050,57) atau turun 5,41 persen. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *