Prof. Wiku Adisasmito. (BP/Istimewa)

JAKARTA, BALIPOST.com – Datangnya bulan suci Ramadan tahun ini bertepatan masa transisi kegiatan masyarakat yang produktif aman COVID. Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito, mengatakan perlu disadari, bahwa masih ada potensi kenaikan kasus seiring meningkatnya mobilitas dan kegiatan masyarakat.

Ia pun mengingatkan masyarakat tetap disiplin protokol kesehatan dan berupaya mencegah penularan ketika beraktivitas maupun beribadah selama bulan puasa. Terlebih, menjelang hari raya Idul Fitri dengan tradisi mudik lebaran.

Masyarakat pun diharapkan sudah belajar dari pengalaman di tahun 2020 dan 2021. “Kita harus semaksimal mungkin menekan penularan, terlebih kita telah memasuki transisi kegiatan masyarakat yang produktif aman COVID,” Wiku dikutip dari rilisnya, Rabu (30/3).

Untuk mengantisipasinya, setidaknya ada 3 indikator yang perlu dipantau dan diupayakan bersama. Yaitu menekan angka reproduksi virus (Rt), menurunkan positivity rate di saat angka testing ditingkatkan, senantiasa meningkatkan vaksinasi.

Lebih lanjut, indikator pertama angka Rt ialah pengukuran epidemiologis yang menggambarkan potensi penularan virus di tengah masyarakat. Kabar baiknya, angkanya menurun dibandingkan 10 Maret 2021.

Baca juga:  China Sebut Gelombang Covid-19 Terbaru dari Negara Tetangga

Per 24 Maret, penurunannya terjadi di seluruh pulau besar di Indonesia, dengan terbesar di Nusa Tenggara, dari 1,14 ke 1,01. Mencermati hal ini, angka Rt senantiasa harus ditekan hingga dibawah 1 dengan tidak memberi celah penularan sekecil mungkin.

Cara paling mudah, murah, dan efektif dengan disiplin memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Terutama harus dilakukan pada pulau yang menjadi asal dan tujuan mudik, seperti Jawa dan Sumatera. Sehingga, semakin rendah potensi penularan, maka semakin rendah pula angka Rt.

Lalu, indikator kedua, positivity rate dan testing. Saat ini, positivity rate mingguan nasional sebesar 5,20%, menurun dari minggu sebelumnya 8,81%. Bahkan, angka saat ini telah turut drastis jika dibandingkan puncak Omicron mencapai 17%. Sayangnya, terjadi penurunan jumlah orang yang diperiksa baik dengan PCR maupun antigen. Di minggu ini, totalnya 700 ribu, terdiri PCR 185 ribu dan Antigen 517 ribu. Terbilang rendah jika dibandingkan pada puncak Omicron lalu mencapai 2 juta orang terdiri 650 ribu PCR dan 1,4 juta antigen.

Baca juga:  Meski PPKM Level 1, Seluruh Komponen Diminta Tetap Disiplin Prokes

Meskipun antigen ataupun PCR tidak lagi menjadi syarat perjalanan, namun testing tetap penting dilakukan terutama ketika bergejala maupun berkontak erat dengan orang positif COVID-19. Sehingga, meningkatnya angka testing akan mengantisipasi orang positif yang tidak teridentifikasi di tengah-tengah masyarakat.

“Untuk itu, jujur dan berinisiatif untuk segera tes ketika merasa bergejala dan kontak erat adalah kunci mencegah penularan semakin meluas,” tambah Wiku.

Selanjutnya, indikator terakhir ialah vaksinasi. Cakupannya, dosis 1 nasional telah mencapai 72% populasi, dengan dosis 2 mencapai 58% populasi dan vaksin booster mencapai 7% populasi. Untuk total target 21,5 juta lansia, dosis 1 telah mencapai 79% dari lansia, dosis 2 mencapai 60% dan booster mencapai 10% dari lansia.

Untuk dosis 2 dan vaksin booster harusnya terus ditingkatkan lagi cakupannya. Secara nasional, setidaknya 70% untuk dosis 2 dan vaksin booster harus ditingkatkan pada populasi rentan dan lansia, terutama pada provinsi-provinsi yang menjadi tujuan mudik seperti Pulau Jawa. Dan kepada Gubernur serta Bupati/Walikota dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, dan DI Yogyakarta diminta terus memantau data vaksinasi dosis ke-2 dan booster di wilayahnya, dan harus terus ditingkatkan.

Baca juga:  3 Minggu Alami Pelandaian, Indonesia Sudah Lalui Puncak Omicron

Dengan melihat perkembangan-perkembangan tersebut, maka diperlukan upaya ekstra saat menjalani ibadah bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang akan datang. Sehingga, kegiatan beribadah akan lebih maksimal dalam keadaan aman dari COVID-19 dengan penularan ditengah masyarakat terus menurun dan jumlah orang yang divaksin hingga booster semakin meningkat.

Untuk itu, kunci ibadah tenang dan aman di bulan Ramadhan adalah dengan proteksi maksimal dan berlapis, yakni sadar testing dan segera vaksin booster.

“Ditambah protokol kesehatan seperti disiplin memakai masker dan mencuci tangan, maka dapat tercipta mudik dan berlebaran bersama keluarga yang semakin aman COVID-19,” pungkas Wiku. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *