Seorang anggota pasukan pro Rusia berjalan di dekat sebuah bangunan apartemen yang hancur dalam konflik Ukraina-Rusia di selatan kota pelabuhan yang terkepung Mariupol, Ukraina, Senin (28/3/2022). (BP/Ant)

ISTANBUL, BALIPOST.com – Rusia berjanji untuk menurunkan skala operasi militer di sekitar Kota Chernihiv dan ibu kota Ukraina, Kiev, pada Selasa (29/3). Namun, Amerika Serikat memperingatkan bahwa ancaman tidak berhenti, sementara Ukraina mengusulkan untuk menetapkan status netral sebagai tanda kemajuan perundingan Rusia-Ukraina.

Serangan Rusia di Ukraina telah menyebabkan ribuan orang kehilangan nyawa atau terluka, hampir empat juta orang mengungsi ke luar negeri, dan ekonomi Rusia terpukul akibat rentetan sanksi. “Keputusan sudah diambil untuk, dalam jumlah banyak, mengurangi kegiatan militer di arah Kiev dan Chernihiv,” kata Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin kepada pers, dikutip dari kantor berita Antara, Rabu (30/3).

Fomin tidak menyebutkan daerah-daerah di Ukraina yang dilanda pertempuran hebat, termasuk sekitar Mariupol di tenggara, Sumy dan Kharkiv di timur, serta Kherson dan Mykolaiv di selatan. Rusia sudah mulai menggeser sejumlah kecil tentaranya dari posisi-posisi di Kiev.

Baca juga:  Omicron Masih Mewabah, Korsel Alami Rekor Baru Kasus Harian

Namun, Pentagon, markas besar Departemen Pertahanan AS, mengatakan, pada Selasa bahwa penggeseran itu lebih merupakan penataan kembali posisi, bukan memundurkan ataupun berupa penarikan pasukan dari medan perang itu. “Tidak berarti bahwa ancaman terhadap Kiev berakhir,” kata juru bicara Pentagon John Kirby saat konferensi pers.

Total sebanyak 10 pesawat tempur Amerika Serikat F-18 serta lebih dari 200 tentara sedang ditempatkan di Lithuania, ujar Kirby. Lithuania adalah anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan negara tetangga Rusia. Pasukan AS, ia menambahkan, sedang “menjadi penghubung” bagi pasukan Ukraina saat serah terima persenjataan.

Baca juga:  Amerika Serikat Berlakukan Sanksi Tahap Pertama Untuk Rusia

Sejumlah pengamat melihat bahwa janji Rusia untuk mengurangi pertempuran itu sebagian besar menyangkut daerah-daerah tempat pasukan negara tersebut telah kehilangan kekuatan. Rangkaian sesi perundingan antara Rusia dan Ukraina berlangsung di istana Istanbul, Turki.

Perundingan tersebut dilaksanakan lebih dari satu bulan setelah pasukan Rusia menyerbu Ukraina. Serangan itu merupakan yang terbesar dialami sebuah negara Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

Perundingan
Para juru runding dari pihak Ukraina mengatakan bahwa, berdasarkan proposal yang mereka ajukan, Kiev akan setuju untuk tidak bergabung dengan aliansi ataupun dijadikan pangkalan pasukan asing.

Namun menurut proposal itu, Ukraina harus mendapat jaminan keamanan yang serupa dengan “Bab 5”, yaitu ketentuan bersama pertahanan aliansi militer trans-Atlantik NATO.

Tim negosiator Ukraina itu menyebut Israel dan anggota NATO Kanada, Polandia, dan Turki sebagai negara-negara yang kemungkinan akan memberi jaminan seperti itu. Rusia, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan Italia juga termasuk dalam kemungkinan tersebut.

Baca juga:  Jadi Target Rusia, Presiden Ukraina Tetap Bertahan di Kiev

Proposal itu, yang membutuhkan referendum di Ukraina untuk bisa disahkan, menyebutkan masa konsultasi 15 tahun soal status Krimea, yang dicaplok Rusia pada 2014.

Sementara itu, nasib wilayah Donbas akan dibicarakan oleh para pemimpin Ukraina dan Rusia. Proposal versi Ukraina juga menyebutkan bahwa Moskow tidak akan menentang Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa, kata kepala juru runding Rusia Vladimir Medinsky.

Rusia selama ini menentang keinginan Ukraina untuk menjadi anggota Uni Eropa, terutama NATO. Medinsky mengatakan, delegasi Rusia akan mempelajari dan menyampaikan proposal itu kepada Presiden Vladimir Putin. (Kmb/Balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *