DENPASAR, BALIPOST.com – Ekonomi Bali mulai menggeliat sejak kebijakan pelonggaran penerbangan internasional dimulai. Namun akibat dua tahun diterjang pandemi banyak derita yang telah dialami dan akan membekas, pekerja pariwisata paling terdampak hingga banyak alami stres bahkan memilih bunuh diri.
Pramuwisata atau guide adalah salah satu pekerja pariwisata yang sejak awal pandemi paling terpukul. Kehadiran jutaan wisatawan mancanegara (wisman) sebelum pandemi adalah sumber pendapatan yang lumayan bahkan relatif berlimpah. Guide menikmati kesejahteraan memadai.
“Sejak pandemi melanda, sekitar 50-an anggota kami meninggal dunia. Ini jumlah yang cukup banyak dan sepertinya dampak dari pandemi,” ujar Ketua DPD Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Bali, I Nyoman Nuarta.
Ketika ditanyakan apakah meninggalnya puluhan pramuwisata akibat tekanan ekonomi yang berat
sehingga mengakibatkan stres, Nuarta tidak membantah. Menurutnya, banyak guide yang kehilangan mata pencaharian utama. “Banyak yang
stres dan diduga ada yang sampai bunuh diri,” katanya.
Meski ada juga yang mampu bertahan dengan beralih profesi atau menggeluti bisnis lainnya. Kini, saat ada secercah harapan setelah kebijakan pelonggaran dan wisman mulai mengalir, Nuarta bisa sedikit optimis.
Guide mungkin akan kembali bekerja karena semakin banyak wisman yang datang ke Bali dan membutuhkan jasa pramuwisata. Hingga saat ini, sejak dibuka pintu Bali tanpa karantina, belum banyak guide bahasa asing yang mulai bekerja.
Hanya guide untuk wisatawan domestik yang telah digunakan jasanya. Menurut Nuarta, mulai Juni, Juli dan Agustus mendatang, wisman terutama dari
Eropa akan mulai berdatangan. “Semoga saja kondisi
terus membaik, sehingga tidak kembali terjadi pembatasan,” harapnya. (Nyoman Winata/balipost)