Oleh I Kadek Darsika Aryanta
Pengembangan profesi guru yang selama ini dilakukan masih sebatas untuk pemenuhan angka kredit guru dan terkesan formal. Guru dalam mengembangkan profesinya selama ini masih menghitung jam pelajaran diklat yang dilakukan agar bisa memenuhi minimum angka kredit yang dipersyaratkan.
Selain itu, pelaksanaan pengembangan profesi yang terkesan kaku dan formal membuat minat guru dalam kegiatan ini menjadi sedikit peminat. Hanya beberapa guru saja di sekolah yang berminat mengembangkan profesinya.
Selama ini, pengembangan profesi guru yang dilakukan oleh sekolah masih terkesan parsial dan sangat individual. Guru-guru masih terkungkung dalam lingkar musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) internal sekolah saja.
Irama pengembanagn profesi guru di setiap sekolah masih belum seimbang karena guru-guru yang mengembangkan profesinya masih sendiri-sendiri.
Saat ini, pelatihan guru selalu menjadi strategi utama untuk pengembangan profesional, padahal berbagai riset membuktikan bahwa pelatihan tidak cukup untuk memberikan perubahan pada praktisi mengajar guru.
Pelatihan memiliki banyak keterbatasan untuk bisa kontekstual menyasar langsung kebutuhan guru. Saat pelatihan, Guru mendapat pengetahuan dan keterampilan baru yang dapat diimplementasikan di kelas, namun biasanya setelah penerapan, tantangan-tantangan baru terhadap praktisi baru juga akan muncul dan tantangan tersebut belum pernah dibahas sebelumnya di kelas pelatihan.
Berdasarkan serangkaian masalah di atas, komunitas praktisi sekolah menjawab itu semua. Komunitas praktisi merupakan strategi pelengkap bagi pengembangan profesi yang berkelanjutan yang diterapkan oleh guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah.
Komunitas praktisi adalah pilar pengembangan profesi seluruh insan pendidikan secara keseluruhan untuk membangun komitmen, motivasi individu dan sumber daya manusia di sekolah. Keragaman sumberdaya yang ada di sekolah dikembangkan dengan merefleksikan tujuan membangun sekolah yang efektif dan memberdayakan.
Tujuan dibentuknya komunitas praktisi di sekolah adalah mengedukasi anggota dengan mengumpulkan dan berbagi informasi yang berkaitan dengan masalah dan pertanyaan tentang praktisi pengajaran dan pembelajaran. Dalam komunitas praktisi di sekolah, seluruh anggota belajar satu sama lain, berbagi praktik baik satu sama lain, dan terus meningkatkan kapasitas anggota dalam membangun
komunitas.
Komunitas praktisi sangat penting dalam pertumbuhan sekolah dan pemimpin sekolah yang berkelanjutan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam kegiatan di komunitas
praktisi sekolah adalah sebagai berikut.
Berbagi masalah dan mengembangkan proses untuk
mencari penyelesaian masalah yang ditemui di
kelas, merumuskan tindakan untuk menyelesaikan masalah, berbagi pengalaman praktik baik, merefleksikan tindakan-tindakan yang sudah diambil untuk melakukan perbaikan dan mendokumentasikan kegiatan dan produk para guru untuk bahan belajar ke depan.
Alur pengembangan komunitas praktisi di sekolah dapat dilakukan oleh kepala sekolah dengan langkah sebagai berikut. Melakukan inisiasi terbentuknya komunitas praktisi bersama komite pembelajaran dengan mengadakan pertemuan rutin.
Secara umum, kepala sekolah bersama dengan guru dalam komite pembelajaran sertapengawas sekolah memiliki peran dalam Komunitas Praktisi yaitu membangun kebiasan memberikan dan merespons umpan balik secara konstruktif dan memfasilitasi kegiatan berbagi praktik baik dan refleksi tentang tantangan dan alternatif solusi yang dihadapi dalam
praktisi mengajar.
Pada komunitas praktisi juga dibagun dialog antar rekan sejawat yang dapat mengeksplorasi strategi dan solusi atas tantangan yang dihadapi agar saling mendukung pengembangan diri. Para peserta dalam komunitas praktisi ini belajar bersama dengan berfokus pada masalah yang terkait langsung dengan pembelajaran di kelas dan juga inovasinya.
Dalam jangka pendek, kegiatan ini membuat pembelajaran akan menjadi lebih mudah dan efektif dalam jangka panjang, pengembangan komunitas praktisi di sekolah membantu membangun perkembangan sekolah yang berkelanjutan.
Penulis, Guru Fisika Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum SMAN Bali Mandara