SHANGHAI, BALIPOST.com – Penyebaran COVID-19 di luar kawasan karantina, ditargetkan penghentiannya oleh Pemerintah Kota Shanghai, China, pada Rabu (20/4). Keputusan itu dinilai akan melonggarkan aturan lockdown dan penduduk bisa kembali hidup normal di kota terbesar China tersebut.
Target itu mengharuskan para pejabat mempercepat tes COVID dan pemindahan kasus positif ke pusat-pusat karantina, menurut pidato seorang pejabat Partai Komunis setempat, Sabtu, yang salinannya dilihat oleh Reuters, dikutip dari kantor berita Antara, Minggu (17/4).
Shanghai telah menjadi episentrum wabah COVID-19 terbesar di China sejak virus corona pertama kali ditemukan di Wuhan pada akhir 2019. Kota itu telah mencatat lebih dari 320.000 kasus infeksi sejak awal Maret ketika lonjakan dimulai.
Penduduk kota Shanghai yang dikunci telah mengungkapkan frustrasi mereka atas sulitnya mendapatkan pangan, kehilangan penghasilan, berpisah dengan anggota keluarga dan kondisi buruk di pusat-pusat karantina.
Pabrik-pabrik yang ditutup serta kemacetan di sejumlah wilayah akibat pembatasan COVID-19 telah mengganggu rantai pasokan global. Sasaran baru Shanghai untuk mencapai “level komunitas nol COVID” hingga 20 April baru-baru ini disosialisasikan oleh kader Partai Komunis kota itu ke berbagai organisasi termasuk sekolah, menurut sumber yang menolak disebut namanya.
Definisi China tentang status nol COVID di tingkat komunitas artinya tak ada kasus baru yang muncul di luar kawasan yang dikarantina. Pidato pada Sabtu itu, yang disampaikan sekretaris Partai Komunis distrik Baoshan Chen Jie, menggambarkan target itu sebagai perintah yang datang ketika situasi di kota itu mencapai “momen kritis” di tengah kekhawatiran publik dan tekanan pada pasokan pangan.
“Kelompok Kerja Dewan Negara, komite partai kotamadya dan pemerintah kotamadya telah meminta agar titik balik pandemi harus mulai terlihat pada 17 (April) dan status nol COVID harus tercapai pada 20 (April),” kata Jie dalam pidatonya.
Pemerintah kota Shanghai dan Dewan Negara China belum merespons permintaan untuk berkomentar, sementara pemerintah distrik Baoshan tidak bisa dihubungi di luar hari kerja.
Titik Balik
“Ini adalah perintah militer, tak ada ruang untuk tawar-menawar, kita hanya dapat menunjukkan semangat dan berjuang demi kemenangan. Dapat juga dikatakan bahwa ini adalah serangan total, pertempuran terakhir untuk membalikkan tren epidemi,” kata pidato itu.
Mengakhiri penularan lokal telah menjadi titik balik bagi kota-kota China lainnya yang telah memberlakukan lockdown.
Pemerintah Kota Shenzhen, yang dikunci sepekan pada pertengahan Maret, mengatakan mereka telah mencapai status tersebut setelah jumlah kasus lokal di luar kawasan karantina anjlok hingga nol.
Segera setelah itu, Shenzhen membuka kembali transportasi publik dan mengizinkan tempat-tempat usaha melanjutkan bisnis mereka. Dari 23.643 kasus lokal baru di Shanghai yang tercatat pada Sabtu, 722 di antaranya adalah kasus baru di luar kawasan karantina.
Pendekatan “nol dinamis” China untuk mengendalikan COVID mengharuskan otoritas mengarantina semua kasus secara terpusat dan mengisolasi kontak dekat mereka. Pemerintah Pusat di Beijing turun tangan ke Shanghai pada awal April setelah kota itu gagal mengisolasi COVID-19 dengan lockdown bertahap.
Presiden Xi Jinping bersikeras bahwa China tidak boleh melonggarkan aturan COVID, dan harus berpegang teguh pada pendekatan eliminasi kasus.
Shanghai mulai mengunci beberapa kawasan di timur Sungai Huangpu pada 28 Maret, dan memperluas lockdown ke seluruh kota pada 1 April. Meskipun otoritas setempat melonggarkan pembatasan sosial pekan lalu, sebagian besar bisnis masih tutup dan transportasi publik ditangguhkan.
Pada Jumat, regulator industri China mengatakan telah mengidentifikasi 666 perusahaan Shanghai di sektor semikonduktor, otomotif dan kesehatan sebagai prioritas yang diizinkan untuk melanjutkan bisnis. (Kmb/Balipost)