Ketua FORIKAN Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster menyuapi bubur ikan kepada bayi saat safari Gemarikan di Desa Ababi, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem, Selasa (24/5). (BP/Istimewa)

AMLAPURA, BALIPOST.com – Ketua Forum Peningkatan Konsumsi Ikan (FORIKAN) Provinsi Bali, Ny. Putri Suastini Koster serius dan tidak pernah lelah turun ke tengah masyarakat. Selain untuk mengetahui kondisi riil masyarakat secara langsung, turun ke lapangan menjadi salah satu program utama yang dilakukannya dalam rangka melakukan sosialisasi dan aksi sosial.

Seperti yang dilaksanakannya, Selasa (24/5), Ny. Putri Suastini Koster didampingi anggotanya melaksanakan Safari Gerakan Memasyarakatkan Makan Ikan (Gemarikan) di Desa Ababi, Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem. Istri Gubernur Bali, Wayan Koster ini menjelaskan bahwa ikan merupakan sumber protein yang sangat baik untuk mencukupi kebutuhan harian nutrisi anak guna memaksimalkan fase tumbuh kembangnya.

Ikan mengandung Omega-3 yang sangat penting bagi perkembangan otak anak. “Begitu pentingnya manfaat yang diperoleh dari mengkonsumsi ikan, maka perlu dibangun kesadaran khususnya dikalangan anak-anak untuk menyukai dan gemar makan ikan. Gerakan ini juga sebagai salah satu upaya membangun generasi emas yang sehat jasmani dan rohani. Untuk itu, menu ikan diharapkan dapat menjadi salah satu menu wajib yang disajikan dalam keluarga,” ujar Putri Suastini Koster.

Baca juga:  Korban Jiwa COVID-19 Bertambah Puluhan, Dua Wilayah Ini Sumbang 55 Persennya

Pada kesempatan ini, Putri Suastini Koster mengajak masyarakat untuk menjadikan ikan sebagai menu keluarga. Sebab, sangat penting bagi anak-anak mendapatkan asupan gizi yang terkandung dalam ikan agar anak tumbuh sehat dan cerdas.

Menurut perempuan multitalenta ini, selain menumbuhkan kesadaran untuk mengkonsumsi ikan, juga perlu diperhatikan ketersediaan ikan yang sehat dan segar yang dihasilkan dari danau, llaut ataupun sungai yang bersih pula. Mengingat sungai atau danau/laut yang kotor akan berdampak pada kualitas dari ikan yang hidup di tempat tersebut.

Untuk itu, sangat penting dan menjadi perhatian bersama untuk menjaga habitat ikan di danau, sungai, atau laut agar tetap bersih. Sehingga nantinya dapat mengkonsumsi ikan segar yang bersih dan menyehatkan.

Selain itu, masyarakat juga bisa memanfaatkan lahan kosong dengan membuat kolam ikan yang hasilnya nanti bisa untuk konsumsi sendiri. Dengan demikian, kita tidak hanya membangun kesadaran gemar makan ikan, tetapi juga menjamin ketersedian ikan yang terjangkau masyarakat yang nantinya menjadikan masyarakat semakin gemar makan ikan sekaligus ketersediaan ikan tidak mahal dan dapat diperoleh dengan mudah oleh masyarakat, sehingga kebutuhan gizi dapat terpenuhi.

Baca juga:  PPKM Level 4 Perlukah Diperpanjang? Ini Kata Pakar Kesehatan

Pada kesempatan ini, Ny. Putri Suastini Koster juga mengajak warga Bali khususnya yang berprofesi sebagai nelayan, jika mendapatkan hasil laut (ikan) agar mengutamakan untuk konsumsi keluarganya terlebih dahulu. Setelah nutrisi tubuh terpenuhi dan asupan gizi yang berasal dari protein ikan tercukupi, barulah dipersilahkan menjual untuk menyambung perekonomian keluarga. “Mari kita bangun tatanan kehidupan era baru, yakni dengan memahami dan memenuhi kebutuhan kita terlebih dahulu sebelum dijual ke oranglain. Kita belajar memenuhi kebutuhan hidup kita dari alam terlebih dahulu, jangan mengutamakan bahan makanan dari membeli apalagi yang serba instan, selain tidak baik untuk kesehatan tubuh, makanan instan sebagian besar berisi pengawet,” ajaknya.

Ketua FORIKAN Bali ini meminta agar ibu-ibu rumah tangga memiliki tanggung jawab dalam memantau pangan yang akan dikonsumsi oleh anggota keluarga lebih memilih untuk menyiapkan pangan (lauk-pauk) dengan olahan tangan sendiri (masak). Selain dijamin kebersihan penyajiannya, masakan sendiri juga dapat diminimalkan penggunaan bahan/ bumbu penyedapnya.

Ditambahkan Ny. Putri Koster, agar lebih baik menggunakan garam lokal. Selain rasanya lebih murni karena diolah dari laut, garam lokal juga akan memberikan berkah bagi petani garam di daerah sendiri.

Baca juga:  Puluhan Karyawan Tempat Hiburan Malam Dites Urine

Bupati Karangasem, I Gede  Dana di dampingi Ketua FORIKAN Kabupaten Karangasem, Ni Made Nuriasih Dana mengatakan bahwa Kabupaten Karangasem pada 2021 mencatat sebanyak 22 % dari jumlah bayi yang ada mengalami stunting. Untuk mengurangi angka stunting, maka wajib bagi instansi terkait melakukan penanganan kemiskinan terlebih dulu. “Stunting atau gangguan tumbuh kembang pada anak sebagian besar terjadi pada keluarga yang tingkat perekonomiannya berada digaris menengah ke bawah. Sehingga kemiskinan yang mereka alami menyebabkan sulitnya pemunuhan gizi bagi mereka,” ungkapnya.

Pada safari gerakan memasyarakatkan makan ikan kali ini dilengkapi dengan peninjauan posyandu dan menyuapi makanan bubur ikan untuk bayi. Karena pengenalan pangan ikan akan lebih maksimal dilakukan sejak dini

Pada kesempatan ini, diserahkan sebanyak 420 paket ikan segar dan olahan ikan, beras, dan telur. Dengan harapan dengan mengkonsumsi ikan segar dapat dijadikan solusi dalam upaya memutus rantai kemiskinan. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *