MANGUPURA, BALIPOST.com – Krama Desa Adat Baha, Mengwi menggelar karya pitra yadnya dan manusa yadnya nyekah massal, matatah, mepetik dan menek kelih yang dilaksanakan di Wantilan Desa Adat Baha. Bentuk bakti kepada leluhur ini mendapat apresiasi dari Bupati Badung, Nyoman Giri Prasta.
Bendesa Adat Baha, Made Ngastawa mengatakan untuk upacara ngaben dan nyekah ini diikuti sebanyak 36 sawa, matatah 11, mapetik 9, menek kelih 11, ngelungah 5. Biaya upacara bersumber dari pemilik sawa dengan cara urunan sebesar Rp 3 juta per sawa. “Kami mengucapkan terima kasih kepada Murdaning Jagad Badung Bapak Bupati Badung serta undangan yang lain. Dalam karya nyekah massal ini yang sudah memberikan bantuan sehingga dapat meringankan beban para pemilik sawa,” katanya.
Dijelaskan, dudonan karya dimulai 18 April 2022 dengan ngelungah, ngewarak, ngelingkir, nganyut dan ngerorasin dilanjutkan pada 19 April 2022 mapekeling ring mrajan soang-soang, pada 20 April 2022 negtegang beras lan ngingsah, rantasan dewa pitara ke peyadnyan, pada 21 April 2022 mendak don bingin, nutug kelih, pada 22 April 2022 ngulapin puspa, mendak toya ning, mepurwa daksina dan hari terakhir pada 23 April 2022 ngunggahang ring merajan soang-soang.
Kemandirian krama Desa Baha ini mendapatkan apresiasi dari Bupati Badung, Nyoman Giri Prasta. Semangat krama menjalankan yadnya berdasarkan hati tulus ikhlas serta semangat gotong royong untuk berbakti kepada leluhur (Darmaning Leluhur). “Kami atas nama Pemkab Badung merasa senang dan bangga melihat gotong-royong krama Desa Adat Baha sehingga pelaksanaan karya dapat berjalan dengan lancar seperti yang diharapkan bersama,” ujarnya.
Lebih lanjut Giri Prasta mengharapkan kepada krama yang memiliki sawa agar betul-betul mengikuti jalannya karya mulai dari awal hingga ngelinggihang ring merajan (rong telu) serta didasari atas hati yang tulus ikhlas. Diharapkan pula pelaksanaan karya sesuai Sastra Agama Hindu serta yang terpenting guyub ring pasemetonan. Dalam pelaksanaan Karya Atiwa Tiwa, Atma Wedana lan Sarwa Prakerti ini, beberapa hal yang patut dipahami mulai dari Murwa Daksina dengan menggunakan sapi gading atau sapi selem batu, yang akan mengantarkan atma menuju surga.
“Selain itu dalam prosesi meajar-ajar ada yang disebut catur loka pala. Meajar-ajar ke Utara di Pura Beratan, Barat ke Batu Kau, Selatan ke Uluwatu, dan Timur ke Goa Lawah. Yang terakhir dan utama adalah saat ngelinggihang disebut Dewa Pretista bermakna menyatukan bumi dengan langit dengan konsep Padu Muka,” jelasnya seraya berharap dudonan atau proses karya ini berjalan dengan lancar labda karya sida sidaning don. (Parwata/balipost)