Sekeha teruna ikut terlibat dalam mempersiapkan pelaksanaan karya mamungkah dengan membuat penjor. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Sejalan dengan visi Gubernur Bali, Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru, desa adat di Bali telah melakukan berbagai langkah strategis dalam mengimplementasikan visi sebagaimana yang dirancang Gubernur Bali, yakni menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya. Menjaga kesucian Bali tidak bisa dipisahkan dari keberadaan pura di masing-masing desa adat.

Karena itu, setiap desa adat memastikan pelaksanaan upakara di pura tetap bisa berjalan dengan baik. Seperti yang dilakukan krama di Desa Adat Tanjung Bungkak, Denpasar Timur.

Desa adat yang terdiri dari tiga banjar adat, yakni Banjar Sebudi, Banjar Tanjung Bungkak Kaja, dan Bajar Tanjung Bungkak Kelod dengan jumlah krama 331 KK ini kini tengah melaksanakan upakara mamungkah, ngenteg linggih, padudusan agung dan tawur balik sumpah utama di Pura Dalem Tanjung Sari. Dudonan karya agung ini telah diawali dengan upacara matur piuning pada Selasa (24/5) lalu. Pada saat itu pula dilakukan upacara mejaya-jaya bagi seluruh panitia yang terlibat dalam karya tingkat utama ini.

Baca juga:  Diiringi Ribuan Warga, Tokoh Puri Agung Gianyar Dipalebon

Bendesa Adat Tanjung Bungkak, I Wayan Suja yang ditemui disela-sela kegiatan upacara, Selasa (31/5) mengungkapkan pelaksanaan karya ini menyusul rampungnya semua kegiatan renovasi sejumlah palinggih dan bangunan di pura ini. Bahkan, renovasi juga dilakukan pada pintu atau gapura masuk pura. Dikatakan, karya agung mamungkah, ngenteg linggih, padudusan agung, tawur balik sumpah utama ini telah direncanakan sejak lama. Terlebih, karya agung seperti sempat digelar pada tahun 1991 lalu.

Baca juga:  Desa Adat Panjer Susun Rancangan Pembangunan Lima Tahun 

“Setelah banyak palinggih dilakukan renovasi, dan kini sudah selesai, maka dilakukanlah karya agung ini,” ujar Wayan Suja yang didampingi sejumlah panitia karya.

Wayan Suja menambahkan, serangkaian karya ini diperkirakan menghabiskan biaya sebesar Rp 4 sampai Rp 5 miliar. Meski demikian, dengan semangat krama nyanggra karya ini, pihaknya optimis karya yang dilakukan secara tulus iklas ini akan berjalan dengan baik. Karena pihaknya yakin, dengan rasa yang iklas dan tulus dalam melaksanakan sebuah upacara, niscaya Ida Sesuhunan akan memberkati dan memberikan kerahyuan bagi krama serta keharmonisan bagi semua mahluk.

Puncak karya ini akan berlangsung pada Selasa (28/6) mendatang. Upacara puncak ini dipastikan akan berlangsung sehari penuh, karena dimulai dari upakara padudusan agung dan dilanjutkan dengan peselang pada siang hari dengan upakara nyatur rebah dan sore harinya upakara ngider buana. Upakara ini akan dipuput Ida Pedanda Putra Bajing, Ida Pedanda Putra Telaga, serta Ida Pedanda Gede Beluangan.

Baca juga:  Desa Adat Tegenungan Garap Potensi Desa

Disebutkan, rangkaian karya in baru aka berakhir pada Selasa (9/8) mendatang yang disebut degan bulan pitung dina karya. Menariknya, rangkaian karya ini juga akan diisi denga prosesi melasti ke Segara Bangsal,Sanur. Saat ini dipastikan ribuan umat akan mengiringi proses melasti ke segara. Upakara melasti ini akan berlansung menjelang puncak karya, Selasa (21/6) mendatang. (Asmara Putera/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *