Arsip - Relawan melakukan menyemprotkan disinfektan di Pyongyang, Korea Utara, dalam gambar yang dirilis Kantor Berita Pusat Korea (KCNA), 4 Maret 2020. (BP/Ant)

SEOUL, BALIPOST.com – Kemunculan wabah tak dikenal terjadi di Korea Utara. Negara tersebut pada Kamis melaporkan bahwa wabah tersebut menyerang saluran pencernaan, di sebuah wilayah pertanian. Keadaan itu semakin membebani Korut, negara terkucil yang sedang berjuang menangani kekurangan pangan serta gelombang infeksi COVID-19.

Pemimpin Korut Kim Jong Un pada Rabu (15/6) memerintahkan pengiriman obat-obatan ke kota pelabuhan Haeju di kawasan barat untuk membantu para pasien yang terkena pandemi enteron akut, menurut laporan KCNA.

Kantor berita negara setempat tidak menyebutkan jumlah orang yang terkena ataupun memerinci penyakit-penyakit yang dimaksud. “(Kim) menekankan pentingnya penanganan epidemi tersebut secepat mungkin dengan mengambil langkah tegas untuk mengarantina kasus-kasus terduga agar benar-benar bisa mengendalikan penyebarannya, juga dengan memastikan kasus-kasus tersebut melalui pengujian epidemiologi dan keilmuan,” kata KCNA, sebagaimana dikutip dari kantor berita Antara, Kamis (16/6).

Baca juga:  Kali Ketiga, Presiden Korsel dan Korut Bertemu

Wabah yang dilaporkan tersebut muncul pada saat Korut sedang menangani infeksi COVID-19. Negara itu pada Mei menyatakan berada dalam keadaan darurat di tengah kekhawatiran menyangkut keterbatasan vaksin dan pasokan medis.

Sementara itu, badan intelijen Korea Selatan sebelumnya mengatakan kepada parlemen bahwa penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air, seperti tifus, sudah menyebar di Korut bahkan sebelum negara itu mengumumkan kemunculan wabah virus corona.

Baca juga:  Wabah dan Kemunculan Tradisi Baru di Bali

Korsel telah menyatakan kesediaan untuk bekerja sama dengan Korut menangani wabah tersebut, namun Pyongyang tidak menggubris tawaran apa pun untuk berdialog, kata seorang pejabat pada kementerian Korsel urusan hubungan Korsel-Korut. Salah satu tawaran yang tidak dipedulikan oleh Korut, menurut pejabat itu, adalah soal penyediaan vaksin COVID.

Pyongyang, ibu kota Korea Utara, telah setiap hari mengumumkan jumlah pasien yang mengalami demam namun otoritas tidak menyebut mereka sebagai pasien COVID, tampaknya karena kurangnya alat pengujian.

Baca juga:  Pengunjung Festival Indonesia di Moscow Lebihi Target

Kalangan pakar juga curiga bahwa angka-angka yang dilaporkan media yang dikendalikan pemerintah lebih kecil dari keadaan sebenarnya.

Korut pada Kamis melaporkan ada 26.010 orang lagi yang mengalami gejala demam. Jumlah keseluruhan pasien demam yang tercatat di negara itu sejak akhir April telah mencapai hampir 4,56 juta orang. Jumlah total kematian tercatat 73 orang.

Korea Utara mengatakan gelombang COVID telah menunjukkan tanda-tanda penurunan. Namun, Badan Kesehatan Dunia (WHO) meragukan pernyataan Pyongyang awal bulan ini. WHO meyakini bahwa keadaan di negara itu justru sedang memburuk. (Kmb/Balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *