Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un melihat obat-obatan yang disiapkan untuk dikirimkan ke Kota Haeju dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Pusat Korea, 16 Juni 2022. (BP/Ant)

SEOL, BALIPOST.com – Krisis akibat wabah pertama COVID-19 di Korea Utara sudah berada di jalur yang tepat untuk diredakan. Laporan itu muncul ketika negara-negara tetangganya di Asia berjuang melawan gelombang baru COVID-10 yang dipicu subvarian-subvarian Omicron.

Korut mengatakan 99,98 persen dari 4,77 juta pasien yang mengalami demam sejak akhir April telah sembuh. Kurangnya pengujian membuat negara itu tidak merilis jumlah kasus yang terbukti positif. “Tindakan anti pandemi meningkat hingga akhirnya benar-benar meredakan krisis,” kata KCNA, seraya menambahkan bahwa Korut telah melaporkan 310 kasus baru dengan gejala demam, dikutip dari kantor berita Antara, Senin (18/7).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya meragukan klaim-klaim yang dibuat oleh Korut. WHO bulan lalu mengatakan pihaknya meyakini situasi di negara itu semakin buruk, bukan lebih baik, mengingat tidak adanya data yang independen.

Baca juga:  Aksi Protes Harga Anjlok, Petani Buang Buah Naga ke Sungai

Pernyataan Korut itu dapat menjadi awal pemulihan perdagangan yang lama terganggu oleh pandemi, kata seorang analis. “Berdasarkan tren saat ini, Korut bisa mengumumkan dalam waktu kurang dari satu bulan bahwa krisis COVID-nya telah berakhir dan bahwa hal itu dapat menjadi awal kelanjutan perdagangan lintas batas,” kata Cheong Seong-chang, direktur pusat kajian Korea Utara Institut Sejong di Korea Selatan.

Para analis mengatakan pemerintah otoriter Korut telah memanfaatkan pandemi untuk memperketat pengendalian sosial yang sebelumnya sudah diterapkan dengan tegas.

Pyongyang menyalahkan wabah itu pada “hal-hal asing” di dekat perbatasannya dengan Korsel dan mendesak penduduknya untuk menghindari apa pun yang datang dari luar.

Baca juga:  Tambahan Korban Jiwa Naik, Kasus Harian Nasional Masih di Seribuan Orang

Kasus harian demam di Korut yang dilaporkan KCNA telah menurun sejak negara terisolasi itu mengaku untuk pertama kalinya pada pertengahan Mei bahwa mereka menghadapi wabah COVID-19.

Otoritas mengatakan pihaknya sedang melakukan pemeriksaan kesehatan intensif di seluruh Korut, termasuk pengujian PCR harian pada air yang dikumpulkan dari daerah perbatasan.

Korut juga mengatakan telah mengembangkan metode baru yang dapat mendeteksi virus corona dan variannya secara lebih baik, juga penyakit menular lain seperti cacar monyet.

Klaim Korut tentang “stabilitas anti pandemi” itu muncul ketika negara-negara Asia lainnya menghadapi gelombang baru infeksi.

China melaporkan 691 kasus baru pada Sabtu dan kasus penularan lokal mencapai puncaknya sejak 23 Mei.

Baca juga:  Kelanjutan Piala Srikandi masih ‘Wait and See’

Di Korsel, kasus harian COVID melonjak pada Selasa hingga menembus angka 400.000 untuk pertama kali dalam dua bulan terakhir. Ratusan ribu kasus baru diprediksi akan muncul dalam beberapa pekan ke depan.

Jepang juga memperingatkan bahwa gelombang baru COVID tampaknya akan menyebar dengan cepat, ketika Perdana Menteri Fumio Kishida mendesak warganya untuk lebih waspada menjelang liburan musim panas sekolah.

Tokyo melaporkan 16.878 kasus baru pada Rabu, tertinggi sejak Februari. Secara nasional, infeksi di Jepang mencapai level yang belum pernah terjadi sejak awal tahun dengan lebih dari 90.000 kasus per hari. (Kmb/Balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *