Ilustrasi. (BP/Suarsana)

JAKARTA, BALIPOST.com – Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito mengatakan, dalam beberapa minggu terakhir kasus positif harian COVID-19 terus mencetak rekor baru. Per 27 Juli 2022, penambahannya mencapai angka 6 ribu kasus.

Angka 6 ribu kasus per hari, terakhir terjadi pada Maret lalu. “Saya meminta seluruh lapisan masyarakat untuk kembali waspada. Mungkin kita kembali sering mendengar kabar bahwa kerabat atau orang terdekat kita terinfeksi COVID-19, yang menandakan bahwa kewaspadaan harus kembali penting ditingkatkan,” kata Wiku dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis (28/7).

Angka keterisian tempat tidur atau bed of ratio (BOR) juga mengalami kenaikan jika dibandingkan awal Juli sekitar 8 persen. Namun cenderung stabil rendah di 34 Provinsi di Indonesia dengan angkanya di bawah 15 persen.

Jika melihat BOR RSDC Wisma Atlet Kemayoran dalam 1 bulan terakhir, terjadi kenaikan jumlah pasien mencapai 1,90 persen, dari sebelumnya 2,76 persen menjadi 4,66 persen.

Baca juga:  Hotel dan Vila Terbakar, Bukti Pengelola Tak Serius Soal Keamanan

Secara per provinsi, BOR tertinggi berada di Bali sebesar 14,76 persen. Disusul DKI Jakarta 12,53 persen, Kalimantan Selatan 11,23 persen, Banten 9,82 persen, Jawa Barat 6,15 persen dan DIY 5,93 persen.

Dan 4 dari 5 Provinsi penyumbang kenaikan kasus tertinggi pada minggu terakhir, yaitu DKI Jakarta (17 ribu kasus), Jawa Barat (5 ribu kasus), Banten (4 ribu kasus), dan Bali (seribu kasus). “Persentase BOR yang lebih tinggi dibanding Provinsi lainnya ini dapat disebabkan karena terjadinya kenaikan kasus positif,” pungkas Wiku.

Data menunjukkan, peningkatan saat ini terjadi secara perlahan. Mulai seribu kasus pada awal Juni, kemudian 2 ribu kasus pada awal Juli, dan naik 3 kali lipat dalam 1 bulan menjadi 6 ribu kasus.

Peningkatan ini jelas berdampak pada peningkatan kasus aktif. Per 27 Juli 2022, kasus aktif mencapai angka 46 ribu. Kasus aktif sebesar 46 ribu tercatat terakhir terjadi pada April lalu.

Baca juga:  Lima Tahanan Hakim Reaktif COVID-19

“Dan yang sangat disayangkan, kasus kematian juga mulai mengalami kenaikan selama 3 hari terakhir. Yaitu selalu di atas 10 kematian,” ujarnya.

Adanya peningkatan pada ketiga indikator tersebut terefleksikan pada angka positivity rate mingguan. Sejauh ini, sudah 3 minggu berturut-turut angkanya melebihi ambang batas WHO sebesar 5 persen. Per minggu ini, positivity rate mingguan nasional sebesar 6,07 persen.

Kenaikan pada positivity rate ini berkaitan dengan jumlah orang yang diperiksa. Terjadi kenaikan yang cukup signifikan dibandingkan awal Juli lalu. Yaitu naik 52 persen. Di minggu ini, jumlah orang yang diperiksa mingguan mencapai hampir 550 ribu orang.

“Kenaikan ini patut diapresiasi. Artinya ada peningkatan kesadaran masyarakat, untuk tes COVID-19 ketika bergejala atau menjadi kontak erat. Semakin banyak orang yang diperiksa, maka semakin akurat besaran dan sebaran COVID-19 di tengah masyarakat. Karenanya angka ini penting ditingkatkan setidaknya 1 juta orang per 1 minggu,” lanjut Wiku.

Baca juga:  DB Makan Korban, Pasien Hamil Tiga Bulan Meninggal

Disamping itu, salah satu indikator yang perlu dilihat dalam memantau situasi COVID-19, yaitu angka reproduksi efektif (Rt). Angka ini menggambarkan potensi penularan di masyarakat.

Data terkini menunjukkan Rt nasional meningkat, pada 1 Juli 2022 di angka 1,22, dan pada 15 Juli 2022 menjadi 1,26. “Artinya penularan masih ada dan terjadi di masyarakat dengan pola penambahan kasus berlipat atau eksponensial,” tambah Wiku.

Untuk itu, seluruh lapisan masyarakat kembali diingatkan kembali waspada. Karena penularan COVID-19 masih ada dan mulai meningkat lagi. “Tidak lelah saya ingatkan bahwa meskipun saat ini BOR masih terkendali, namun kita tidak hanya wajib melindungi diri sendiri namun juga orang lain, terutama kelompok rentan,” pungkas Wiku. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *