Seorang anak memasak menggunakan kompor induksi diawasi oleh ibunya. (BP/Istimewa)

TANGANNYA yang telah keriput dengan lincah menggoreng ikan di wajan. Perempuan itu nampak mengatur panas minyak yang ada di wajan dengan memencet tombol pengaturan suhu di kompor induksinya.

Setelah selesai menggoreng, perempuan bernama Ketut Atik Wiadnyani itu menekan tombol off yang ada di kompor tersebut. Perempuan yang sudah berusia 74 tahun itu pun kemudian mencabut kabel kompor dari stop kontak.

Meski berusia lanjut, aktivitas memasak dengan cekatan dilakukan. Sudah lebih dari 5 tahun, ia menggunakan kompor induksi.

Sejak menggunakan kompor listrik itu, ia mengaku tak pusing lagi memikirkan naiknya harga elpiji. Kondisinya yang renta dan sudah tak kuat lagi mengangkat benda berat pun, tak lagi terbebani harus menenteng tabung saat kehabisan elpiji di tengah kegiatan memasak.

“Kompor induksi ini lebih praktis dibandingkan kompor yang menggunakan elpiji, sebab tak perlu repot membeli dan memikirkan harga elpiji yang naik. Selain itu juga tidak ada api sehingga relatif minimal risiko kebakarannya,” ujarnya saat ditemui di kediamannya di Denpasar.

Tak hanya menggunakan kompor induksi, ia juga memiliki perlengkapan air fryer yang memudahkan menggoreng tanpa minyak. Atik merupakan salah satu pengadopsi gaya hidup elektrik yang ada di kota besar.

Tak cuma Atik yang sudah memiliki belasan cucu ini, banyak warga di Bali, khususnya Denpasar dan Badung, yang telah memakai kompor induksi. Hal ini tak lepas dari dijadikannya Bali sebagai pilot project dari penggunaan kompor induksi. Pilot project program ini adalah Kota Denpasar, khususnya Kecamatan Denpasar Selatan.

Beragam Keunggulan

Pemanfaatan kompor induksi memiliki beragam keunggulan dan manfaat yang dapat dirasakan masyarakat dan negara. “PLN sangat merekomendasikan penggunaan kompor induksi di dapur rumah tangga karena lebih aman, mudah, dan efisien,” kata Executive Vice President Komunikasi Korporat dan CSR PLN Agung Murdifi dikutip dari keterangan persnya belum lama ini.

Agung pun menyebutkan sejumlah keunggulan menggunakan kompor induksi. Pertama adalah lebih praktis sebab pengguna kompor listrik tidak perlu menukar tabung LPG ketika habis.

Baca juga:  Kesetrum, Karyawan Villa Tewas

Agung menjelaskan, kompor ini bekerja ketika alat masak diletakkan di atas kompor, lalu arus listrik bolak-balik dilewatkan dari dalam badan kompor melalui gulungan kawat. Panas yang dihasilkan langsung dialirkan ke alat masak, sehingga ketika bersentuhan dengan anggota tubuh tidak terasa panas dan relatif aman dan sisi waktu memasak juga lebih cepat karena kompor induksi memungkinkan penyebaran panas yang lebih merata ketimbang kompor gas sehingga hemat waktu.

Keunggulan kompor induksi berikutnya adalah lebih aman. Kompor tersebut tidak menimbulkan api dan asap sehingga risiko menimbulkan kebakaran jauh lebih kecil, selain itu juga tidak ada potensi ledakan akibat bahan bakar.

“Kompor induksi yang tanpa api dan asap juga lebih sehat bagi penggunanya sebab tidak menghasilkan emisi, selain itu juga ramah terhadap anak-anak karena lebih aman,” papar Agung.

Dari sisi penggunaan, kompor induksi juga lebih murah dibandingkan dengan kompor LPG. Hasil uji coba menunjukkan, rumah tangga kecil rata-rata mengkonsumsi 11,4 kg LPG subsidi dengan biaya Rp79.400 per bulan setelah disubsidi pemerintah sebesar Rp125.400, sehingga total biaya yang dibutuhkan untuk memasak menggunakan LPG mencapai Rp204.800 per bulan.

Sedangkan biaya yang dibutuhkan untuk memasak menggunakan kompor induksi harga listrik tanpa subsidi 1 kWh Rp 1.444,7 sedangkan kebutuhan listrik per bulan sebesar 82 kWh, dengan begitu biaya yang dibutuhkan untuk masak per bulan menggunakan kompor induksi tanpa subsidi sebesar Rp 118.465 sehingga terdapat penghematan sekitar Rp 86.335 setiap bulan.

“Waktu masak yang lebih cepat akan membuat kompor listrik lebih hemat penggunaan energi daripada gas,” ujar Agung.

Tak hanya pengguna yang mendapat manfaat, negara juga memperoleh penghematan subsidi dan impor jika masyarakat beralih menggunakan kompor induksi. Dalam kajian PLN, untuk konversi sejumlah 300 ribu pengguna per tahunnya, akan dapat memberikan penghematan subsidi LPG sekitar Rp 450 miliar dan menekan biaya impor LPG sebesar Rp 220 miliar.

Baca juga:  Begini, Keseruan Nex Carlos Santap Sosis Ayam Betutu Satu Meter

“Jika beralih menggunakan kompor induksi Indonesia juga akan mandiri energi sebab tanpa harus bergantung ke impor. Sebab selama ini kompor LPG sebagian besar penyediaan energinya masih impor,” tambahnya.

PLN pun telah melakukan sejumlah upaya untuk menumbuhkan minat masyarakat beralih ke kompor induksi, yaitu memberikan harga khusus tambah daya hanya sebesar Rp 150 ribu melalui program Nyaman Kompor Induksi untuk pelanggan yang membeli kompor induksi melalui partner yang memiliki kerja sama dengan PLN.

PLN juga memiliki produk layanan Ekstra Daya, yaitu paket tambahan kapasitas daya bagi rumah baru. Pelanggan cukup membayar biaya penyambungan daya 900 VA dan mendapat kapasitas daya 2.200 VA jika sudah dilengkapi kompor Induksi lengkap peralatan masak.

Ramah Lingkungan

Dengan cadangan listrik yang ada, ia mengimbau masyarakat agar beralih ke electrifying lifestyle. Tidak hanya karena cadangan listrik masih banyak tapi juga lebih ramah terhadap lingkungan. Menurutnya, dengan electrifying lifestyle maka polusi yang dihasilkan juga akan berkurang, Co2 berkurang, sampah berkurang, kualitas udara lebih bagus, dan lebih murah meski investasi di awal lebih mahal.

Salah satu kota yang menjadi pilot project program ini adalah Kota Denpasar, khususnya Kecamatan Denpasar Selatan. Terdapat 1.000 pelanggan terpilih yang terdiri dari 950 kelompok penerima manfaat (KPM) dan 50 pelanggan lainnya merupakan pemilik usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang seluruhnya masuk dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) dari Kementerian Sosial.

Sejak Maret lalu, PLN telah gencar melakukan berbagai sosialisasi dan pendekatan untuk menyukseskan program ini. Sosialisasi yang dilakukan membidik 10 desa antara lain Desa Renon, Desa Panjer, Desa Sesetan, Desa Pedungan, Desa Pemogan, Desa Serangan, Desa Sidakarya, Desa Sanur Kauh, Desa Sanur, dan Desa Sanur Kaja.

Baca juga:  Petakan Jaringan Pelanggan, Antisipasi Status Awas Gunung Agung

General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Bali, I Wayan Udayana menjelaskan hingga kini terdapat 107 KPM yang sukses bermigrasi menggunakan kompor induksi. “Kami menargetkan akhir tahun ini seluruh KPM dan UMKM dapat menikmati nyamannya menggunakan kompor induksi jika dibandingkan dengan kompor gas, sehingga keterlibatan seluruh pihak sangat diharapkan supaya program ini bisa dengan cepat diterima di masyarakat,” ucapnya.

I Wayan Udayana. (BP/Dokumen)

Pelanggan yang masuk dalam program ini, tambahnya, akan tetap menerima kompor induksi beserta alat masaknya.”Masyarakat tak perlu khawatir dengan biaya listriknya, karena pemerintah akan tetap memberikan subsidi yang disalurkan dalam bentuk daya yang digunakan oleh kompor induksi,” jelasnya.

Salah satu warga yang ikut dalam uji coba ini, Ni Made Candri (60) mengaku sangat terbantu setelah menggunakan kompor induksi selama sebulan. Tagihan listriknya lebih murah dibandingkan sebelum dia menggunakan kompor listrik.

Ia pun menuturkan sebelumnya menggunakan gas melon dan harus merogoh kocek sebesar Rp40 ribu sebulan. Elpiji dia gunakan untuk keperluan memasak. Ia juga menjelaskan banyaknya tetangga yang kerap datang ke rumah menanyakan penggunaan kompor induksi.

Candri yang sebelumnya khawatir tagihan listriknya akan melonjak karena menggunakan kompor listrik kini sudah bisa bernafas lega sebab kekhawatirannya tak terbukti.

Udayana mengutarakan jika electrifying lifestyle dapat diterapkan, maka Bali bisa mewujudkan menjadi green island. Pariwisata Bali nantinya setelah pandemi juga akan lebih berkualitas, sehingga wisatawan yang datang juga berkualitas, lingkungan Bali pun tidak tercemar. “Bali akan menjadi pusat pariwisata yang bersih,” tandasnya.

Ia mengajak masyarakat, tidak hanya memanfaatkan listrik untuk usaha tapi juga mengajak menggunakan alat – alat rumah tangga berbasis listrik seperti kompor listrik, sepeda listrik, mobil listrik, dan barang elektronik lain berbasis listrik. “Karena sekarang daya listrik di Bali surplus, mari mulai memanfaatkan listrik untuk kehidupan dan kami mendorong masyarakat produktif menggunakan listrik misalnya untuk berproduksi usaha,” ujarnya. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *