Salah satu kegiatan Atma Kerthi yang digelar desa Adat Yehembang Kauh yakni Atma Wedana dan Manusa Yadnya yang diikuti ratusan peserta. (BP/Istimewa)

NEGARA, BALIPOST.com – Desa Adat Yehembang Kauh yang berada di Desa Yehembang Kauh, Kecamatan Mendoyo untuk pertama kalinya menggelar Karya Pitra Yadnya Atma Wedana, manusia Yadnya, lan pengeruwakan oton kinambulan. Yadnya yang diikuti ratusan peserta ini disambut baik selain digelar di desa secara bergotong royong, juga meringankan beban biaya terlebih di masa pemulihan ekonomi pascapandemi COVID-19.

Program Desa Adat yang dirancang sejak Bendesa Yehembang Kauh, I Putu Artha menjabat akhir 2021 lalu ini, juga melibatkan tiga desa adat yang masih masuk wilayah Desa Dinas Yehembang Kauh, Kecamatan Mendoyo. Yakni Desa Adat Kedisan, Desa Adat Yeh Buah dan Desa Adat Munduk Anggrek Kaja. Dukungan dari Desa Dinas serta pemerintah daerah, karya Atma Wedana dapat digelar dengan support moral material.

Pemkab Jembrana melalui bantuan tiap tahun untuk Kecamatan ngaben kolektif senilai Rp 275 juta dan Desa Yehembang Kauh Rp 30 juta. Begitu juga dukungan Ida Pandita Mpu Rastra Prabu Wibawa Diwya, Griya Giri Anggrek Amertha selaku yajamana.

Baca juga:  Menyaksikan Keseriusan Membangun Sektor Pariwisata

“Karya Pitra Yadnya Atma Wedana, Manusia Yadnya lan pengeruwakan oton kinambulan ini, juga merupakan implementasi kami program Gubernur Bali, Nangun Sad Kerthi Loka Bali, khususnya dalam Atma Kerthi dan Jana Kerthi. Untuk manusia Yadnya ada ngeruwat, mepetik, metatah dan di Atma wedana tentunya ngelungah, ngaben dan nyekah,” kata Bendesa.

Menurutnya di awal digelar paruman yang mempersatukan empat desa Adat di desa Dinas Yehembang Kauh juga disepakati kegiatan ini akan terus berkesinambungan.

Hal ini disambut sangat antusias dari Krama bukan hanya dari empat desa Adat saja, melainkan juga dari luar Kecamatan. Pewilet juga secara ikhlas dalam Bhakti kepada leluhur memberikan Punia yang besarannya antara Rp 100 ribu hingga Rp1,5 juta. Sehingga terkumpul kurang lebih Rp 80 juta yang digunakan untuk melengkapi sarana prasarana seperti wewangunan dan kamar mandi. Beberapa wewangunan sengaja dibangun permanen, sehingga masih bisa dipergunakan untuk kegiatan serupa.

Baca juga:  Desa Adat Jimbaran Gelar “Mapajar” Setiap 15 Hari Sekali

“Sejak berdiri desa Adat Yehembang Kauh berdiri 10 Juli 1999, baru pertamakali ini digelar Atma Wedana kinambulan. Dan kami di empat desa adat sudah sepakat dan komitmen membuat tempat permanen. sehingga minimal dua tahun melakukan kegiatan ini,” tambah I Putu Artha yang juga mantan Klian adat Sekar Kejula Kelod ini.

Pihaknya juga sangat mendukung program pemerintah provinsi melalui Program Nangun Sad Kerthi Loka Bali yang menurutnya menyokong eksistensi desa adat di Bali. Begitu juga pemerintah daerah juga diharapkan ikut mengimplementasikan program tersebut dalam upaya penguatan adat dan budaya. “Bantuan dari Pemkab Jembrana untuk ngaben gratis ini cukup membantu dan mudah-mudahan berkelanjutan. Menurut kami upaya ini sangat mulia dan luhur. Yang tujuannya membantu yadnya masyarakat,” tambah didampingi Ketua Panitia, I Gusti Made Sedana.

Prosesi Yadnya Pitra Yadnya, Atma Wedana, manusia Yadnya, lan pengeruwakan oton kinambulan diselenggarakan sejak 13 Juli 2022 lalu dan terakhir meajar-ajar pada Senin 1 Agustus 2022. Di setiap prosesi baik Atma wedana maupun manusia Yadnya dipuput Sarwa Sedaka di antaranya Ida Pedanda Penida, Ida Pandita Mpu, Ida Begawan Mendoyo serta Ida Siire Mpu Pande Mendoyo.

Baca juga:  Ngaben Tanpa Api di Setra Gede Buwit

Untuk peserta Atma Wedana, untuk nyekah 149 sawa, nglungah 110 dan ngaben 6. Sedangkan manusa Yadnya di antaranya Mepandes diikuti 56 orang dan
Mepetik 61 orang. Pengeruwatan oton sanan empeg, 20 orang, pancoran apit telaga 11 dan telaga apit pancoran 24 peserta.

Desa Adat Yehembang Kauh merupakan salah satu desa adat di Kecamatan Mendoyo dengan jumlah Krama sekitar 894 KK. Krama tersebar di enam Banjar adat di antaranya Banjar adat Sekar kejula, Banjar adat sekar kejula Kelod, Sekar jati, mekarsari, Munduk Anggrek dan banjar adat Pangkung Telepus. Sebagian besar penduduk bergantung pada sektor pertanian dan perkebunan (agraris). (Surya Dharma/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *