Marjono. (BP/Istimewa)

Oleh Marjono

Total sudah ada sembilan parpol yang menyambangi kantor KPU untuk mendaftarkan diri sebagai peserta Pemilu 2024. Dari jumlah tersebut, tiga di antaranya merupakan parpol parlemen, sedangkan sisanya parpol nonparlemen atau parpol baru. Seluruh parpol rupanya telah, sedang dan akan bersolek bersiap mencuri hati buat para kekasih barunya, yakni rakyat pada gelaran pemilu 2024.

Banyaknya parpol setidaknya turut menggairahkan investasi demokrasi di masa mendatang. Juga memberi alternatif pilihan bagi rakyat, siapa nantinya yang bakal dipinang mendampingi
pilihan hati nuraninya. Para petinggi parpol menunjukkan ekspresi riang, bersenyum dan tak jarang yang menerbitkan harapan baru pula. Dapat dipastikan seluruh parpol mengeklaim
pro rakyat miskin, berpihak pada orang miskin, empati kaum miskin, kawan kelompok miskin.

Tapi, ketika membaca beberapa pemberitaan media cetak dan elektronik, angka kemiskinan
negeri ini masih cukup tinggi. Begitu halnya yang terjadi di daerah, seolah angka statistik itu
terus melengkapi buku tebal BPS. Wajah muram menderet, serasa meringkus spirit dan optimisme yang telanjur menjalar di sekujur tubuh rakyat.

Baca juga:  Jelang Penutupan, Partai Garuda dan PBI Ikut Daftar

Apakah parpol-parpol kontestan pilpres 2024 nanti akan betul-betul berkhidmat melakukan aksi riil mencegah dan menanggulangi kemiskinan. Persentase penduduk miskin pada Maret
2022 sebesar 9,54 persen, menurun 0,17 persen poin terhadap September 2021 dan menurun 0,60 persen poin terhadap Maret 2021. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2022 sebesar 26,16 juta orang, menurun 0,34 juta orang terhadap September 2021 dan menurun 1,38 juta orang terhadap Maret 2021.

Angka-angka murun tersebut mendominasi wilayah pedesaan yang banyak disebut sebagai
kantung kemiskinan. Kemiskinan ini menyebabkan rakyat desa rela mengorbankan apa
saja demi keselamatan hidup, safety life (James C.Scott, 1981).

Semakin pengapnya kemiskinan, parpol dituntut dapat menjebol penderitaan rakyat yang merintih. Parpol adalah entitas politik yang memiliki peran fungsi besar turut menyelesaikan PR bangsa. Parpol sebagai agen sosial diharapkan berkemampuan untuk merealisasikan kreasi dan inovasi bahkan model berpikir out of the box mereka dalam memberdayakan
masyarakat keluar dari jebakan ketergantungan. Dengan kata lain, urusan politik bagi parpol penting, tapi dimensi sosial kemanusiaan yang butuh digarap juga tak kalah penting.

Baca juga:  Fenomena “Aging Farmers” pada Pertanian

Selama ini aksi sosial kemanusiaan dan peduli orang miskin banyak dilakukan oleh parpol, namun kebaikan tersebut selalu dibutuhkan dan perlu ditingkatkan. Di sini memang butuh sense of crisis parpol atas kemiskinan rakyat, apalagi di musim pandemi dan bencana alam yang masif. Dalam parpol banyak dihuni anggota yang sejak awal begitu akrab dengan keterbatasan, namun tak sedikit dari mereka yang datang sudah dengan keserbaadaannya tanpa pernah mengalami dan merasakan kemiskinan sesungguhnya secara material.

Parpol harus menjadi avant garde dalam melawan kemiskinan yang menyendera rakyat,
karena itu bagian dari janji parpol, bahkan saking besarnya isu kemiskinan yang tak pernah usai itu selalu diusung menjadi tema sakti dalam setiap kampanyenya. Politik Anggaran Ada waktu menggurat kata, ada waktu berbuat nyata.

Sudah saatnya parpol melunasi hutang pada rakyat. Penting bagi parpol semakin banyak
mempertontonkan aksi-aksi produktif di depan rakyat. Anti virus kemiskinan rasanya layak dan aktual disorongkan kepada rakyat oleh para dewan terhormat yang merupakan anak dari parpol.

Baca juga:  Kampanye Pileg 2019, Sejumlah Parpol di Bangli Sudah Daftarkan Akun Resmi Medsosnya

Setarik nafas itu, sudah saatnya parpol memerankan naga berkepala tujuh, melakukan beragam sukses secara simultan, yaitu mengedukasi politik rakyat juga gigih berperang melenyapkan kemiskinan. Sekurangnya rakyat miskin berani menolak politik uang (money politic).

Jika sudah demikian, bukan mustahil parpol akan dicari rakyat, parpol yang marketable, sehingga tak berlebihan selain piawai mengurus politik, parpol masa depan bisa berkemampuan sebagai pusat informasi, rumah produksi, jejaring dan penyelenggara event bagi seluruh upaya pengentasan kemiskinan struktural dan kultural, mendampingi pemerintah. Inilah simbiosa mutualisme dwi tunggal, bukan dwi tanggal.

Parpol barangkali akan dianggap berhasil jika mampu mendorong, menggerakkan dan memberi daya hidup rakyat agar naik kelas menjadi lebih baik, khususnya bagi orang miskin. Satu hal sederhana bisa dilakukan, yakni perwakilan parpol berpartisipasi dalam musrenbang desa : mengusulkan program-program yang caring pada rakyat miskin hingga politik anggarannya.

Penulis, Kasubag Materi Naskah Pimpinan Pemprov Jateng

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *