DENPASAR, BALIPOST.com – “Dengarkan kami, libatkan kami. Mahasiswa jangan terus-terusan dicurigai dan dibungkam. Berikan kami ruang dialog dan ruang kritis untuk menjadi pilar yang tangguh mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).”
Pandangan itu mengemuka dan disuarakan secara lantang oleh Ketua Umum Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan kalangan pegiat pers kampus saat Bali Post, Kelompok Media Bali Post menggelar Dialog Kebangsaan Merawat Generasi melibatkan tujuh kampus di Bali.
Pada Dialog yang digelar di Gedung Pers Bali K. Nadha-Bali TV, Jumat (12/8) serangkaian HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia dan HUT ke-74 Bali Post, mahasiswa berpandangan momentum kebangkitan NKRI hendaknya memberikan makna khusus bagi generasi muda sebagai pilar bangsa. Mahasiswa dan pers kampus memerlukan relasi dan ruang interaksi untuk menyuarakan aspirasinya terhadap kebijakan pemerintahan termasuk dalam hal sosial budaya dan infrastruktur.
‘’Sikap kritis mahasiswa jangan dibungkam, pers kampus harus tetap diberi ruang sebagai saluran informasi dan inovasi mahasiswa. Dialog mahasiswa jangan dikebiri,’’ ujar Ketua Umum BEM Udayana Darryl D. yang disambut tepukan riuh rekan-rekannya, kalangan BEM dari enam kampus lainnya.
Mahasiswa berpandangan, selama ini strategi pewarisawan budaya, membumikan rasa nasionalisme telah menjadi bagian nurani manusia. Namun, sering kali beda pandangan dianggap sebagai pembangkangan. Sikap kritis mahasiswa justru akan menjadi penguatan dalam optimalisasi pencapaian program pembangunan. ‘’Di Bali, pembangunan infrastruktur untuk kebangkitan Bali, mestinya tetap membuka ruang dialog secara terbuka. Program pembangunan hendaknya tetap ramah lingkungan dan tetap memberikan ruang pada terjaganya alur pewarisan peradaban,’’ ujar mereka.
Kebijakan pemerintah perlu dikritisi karena kebijakan yang berdampak negatif kepada manusia Bali, yang mana kebudayaaan Bali hidup dalam pikiran dan otak orang Bali, maka ketika kebijakan tersebut berdampak negatif lebih banyak kepada manusia Bali maka perlu dikritisi. Namun ketika kritisi diutarakan, layaknya pemuda khususnya mahasiswa diberi ruang.
Soal peran pers kampus dan BEM, tak diragukan lagi dalam menjaga budaya Bali dan memupuk rasa nasionalisme. Anggota Unit Pers Akademika Mahasiswa Unud, Ni Made Ayu Rita Sari mengatakan, UKM Pers di Unud memberi ruang yang luas terhadap pemberitaan dan informasi terkait kebudayaan Bali. Pers Akademika dengan produk pers berupa website memuat hal-hal tentang budaya Bali menjadi bahan literasi bagi mahasiswa Unud. Hal itu merupakan salah satu upaya kaum muda melestarikan budaya.
Ketua BEM Unmas, I Kadek Agus Surya Raditya mengungkapkan, BRM ikut serta berperan melestarikan budaya Bali lewat UKM Sthana. Di sana mahasiswa-mahasiswi yang memiliki minat magambel dan menari dapat bergabung untuk mengembangkan bakatnya.
Presiden BEM Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, I Gusti Putu Ariswidiantara mengatakan, dalam upaya memupuk rasa nasionalisme, kebangsaan, dan merawat budaya Bali ke depan BEM UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar memiliki program-program yang bertujuan merawat budaya Bali. Menyelenggarakan pasraman kilat untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana cara membuat klangsah dan menyurat aksara Bali. “Dengan tindakan kecil inilah setidaknya kami memberikan masyarakat pemahaman bagaimana cara merawat kebudayaan Bali,” ujarnya.
Anggota BEM Universitas Warmadewa (Unwar), I Gede Kariasa memberikan peluang bagi generasi muda di daerah untuk berkreativitas dalam mengembangkan seni, tradisi, dan kebudayaannya. “Kami sendiri di Universitas Warmadewa memiliki salah satu UKM, yaitu PMHD yang bergerak pada pelestarian budaya,” ungkapnya.
Terkait merawat rasa nasionalisme, dikatakan bahwa dalam penerimaan mahasiswa baru di Unwar, diperkenalkan budaya masing-masing. Dimana, dalam pelaksanaannya dipentaskan budaya dari masing-masing daerah asal mahasiswa. Sehingga, mahasiswa baru maupun BEM mengetahui budaya lain yang ada di Indonesia. “Dari sana kita bisa merawat rasa nasionalisme dan juga kebangsaan,” tandasnya.
Ketua BEM Dwijendra University, Komang Krisna Permana, menilai bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Begitu juga tindakan ini harus dilakukan di kampus. Rasa toleransi mesti dilakukan setiap saat oleh para mahasiswa di kampus maupun dengan kampus lain. Apalagi, warga kampus berasal dari berbagai daerah dengan lakar belakang yang berbeda. “Inilah yang menjadi tantangan setiap universitas-universitas yang ada di Bali khususnya, bagaimana warga kampus harus memupuk rasa nasionalismenya,” ujar Krisna Permana.
Anggota UKM Pers Mahasiswa Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar, Ni Luh Putu Keysha Maharani, mengungkapkan bahwa dalam upaya merawat kebudayaan Bali, Unhi Denpasar mengembangkan Prodi Seni Kerawitan. Bahkan, UKM-UKM yang dibentuk banyak yang berorientasi pada pelestarian dan pengembangan seni dan budaya Bali. (Winatha/balipost)