Ngaben Kinembulan digelar Desa Adat Kusamba. (BP/Istimewa)

SEMARAPURA, BALIPOST.com – Desa Adat Kusamba, Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung melaksanakan upacara ngaben kinembulan atau ngaben secara bergotong-royong pada Jumat (19/8). Program rutin lima tahunan itu seyogyanya dilaksanakan tahun 2020 lalu, namun karena pandemi COVID-19, tertunda dua tahun.

Penundaan dua tahun itu berdampak pada membludaknya jumlah peserta. Tercatat ada 185 sawa ngaben yang diupacarai dan 69 sawa ngerapuh/ngelungah. Ini merupakan jumlah peserta terbanyak sepanjang sejarah pelaksanaan ngaben kinembulan di Desa Adat Kusamba.

Menurut Bendesa Desa Adat Kusamba, AA Gede Raka Swastika awalnya pihaknya memprediksi jumlah peserta hanya 100 sawa. Ternyata hingga ditutupnya pendaftaran peserta, jumlah membludak hampir mendekati 200 sawa.

“Dengan keikhlasan dan kesungguhan krama pamilet serta dukungan kekompakan krama desa, segala kebutuhan upacara dan upakara bisa dituntaskan dan rangkaian upacara sejak Juli lalu juga berjalan lancar. Semoga hingga akhir upacara nyegara gunung lan nuntun juga tetap lancar dan sukses,” kata Raka Swastika.

Baca juga:  Nusa Penida Festival Yakinkan Pariwisata Aman, Momentum Pelestarian Alam

Tak hanya jumlah sawa yang membludak, jumlah patulangan atau sejenis sarkofagus berbentuk binatang atau sejenisnya juga membludak hingga berjumlah 48 buah. Seluruh patulangan itu diarak sepanjang 1,5 km dari depan Pasar Kusamba menuju setra Desa Adat Kusamba.

Ketua Umum Prawartaka, I Nengah Sumarnaya menjelaskan selain 185 sawa ngaben dan 69 ngerapuh/ngelungah, juga terdapat 32 peserta yang melaksanakan upacara ngeroras saja, dan 9 peserta melaksanakan upacara nuntun saja. Biaya ngaben ditanggung bersama-sama atau kakembulin oleh para pamilet.

Baca juga:  Dari Belasan Lumba-lumba Terdampar hingga Tiga Zona Orange Catatkan Belasan Kasus COVID-19

Peserta ngaben, ngeroras, dan nuntun dikenai biaya Rp 7 juta, peserta ngeroras dan nuntun membayar Rp 5,5 juta, peserta ngeroras saja dikenai Rp 2 juta, pessrta ngeroras dan nuntun Rp 3,5 juta, peserta nuntun saja Rp 1 juta, serta peserta ngerapuh/ngelungah Rp 1 juta. “Selain itu, sebagai cermin pasikian pasidhikaran di desa adat, seluruh krama desa adat dikenai urunan Rp 100.000,” beber Sumarnaya.

Ketua I Prawartaka, AA Gede Sarwa Damana menjelaskan upacara pitra yadnya kali ini mengambil tingkatan sawa prateka dengan sarana upakara dan upacara yang lengkap, seperti tetukon, sekah, pangawak dan sarana upakara lainnya serta mendirikan bale rompok. Rangkaian upacaranya pun lengkap, mulai dari ngulapin pada 13 Agustus 2022, ngebet pada 16 Agustus 2022, lalu upacara ngaskara, mabersih, dan narpana pada 17 Agustus 2022.

Baca juga:  Tak Mau Bebani Pemerintah, Ini Upaya Jungut Batu Bantu Warganya

Upacara ngeroras dilaksanakan pada 31 Agustus 2022 mendatang di jaba sisi Pura Segara Desa Adat Kusamba. Sementara upacara nyegara gunung dan nuntun dilaksanakan pada 3 September 2022. Puncak upacara ngaben dan ngeroras di-puput Ida Pedanda Gede Putra Tembau dari Gria Aan, Klungkung dan Ida Pedanda Gede Wayan Darma.

Salah seorang peserta ngaben kinembulan, Dewa Gede Sena menyambut positif program Desa Adat Kusamba itu. Dengan program ini tak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin dalam melaksanakan upacara ngaben, ngeroras, dan nuntun. “Selain itu, budaya gotong-royong di antara krama tetap bisa dipertahankan,” kata mantan Wakil Bupati Klungkung itu. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *