Ngurah Weda Sahadewa. (BP/Istimewa)

Oleh Sahadewa

Kekuatan anak muda memang tiada tara dari sisi raganya dan ini menjadi penting dipertimbangkan untuk bergerak ke sisi jiwanya. Jiwa anak muda adalah anugerah agar bangsa dan negara ini selalu teringat tentang adanya generasi muda. Sebuah generasi yang selalu harus dihormati keberadaannya dengan cara tersendiri.

Kekuatan generasi muda yang diwakilkan oleh anak muda wajib sebagai bentuk kesadaran berbagai generasi terutama generasi yang lebih tua untuk selalu memberikan kesempatan yang proporsional sehingga menjadikan anak muda itu tumbuh dengan dasar kekuatan pengetahuan. Kekuatan pengetahuan yang didukung penuh oleh kekuatan berbagai bidang ragawi.

Untuk itulah sebenarnya peran media menjadi penting terutama media massa baik cetak dan terutama sekarang adalah media online yang marak dipergunakan secara lebih lugas terhadap perkembangan teknologi digital. Ini sebagai imbas dari perkembangan smartphone yang semakin canggih sehingga menjadikan perangkat tersebut cukup mampu untuk mengakses berita cukup melalui handphone saja. Ini sebuah realitas yang tak dapat dipungkiri dengan catatan pendukung ragawi mencukupi termasuk pendanaan dan pulsa. Akan tetapi, patut diwaspadai pula bagaimana pengaruh destruktif atas anak muda dapat dengan mudah menderanya. Inilah pentingnya suatu bentuk kekuasaan dengan dasar demokratis berdasarkan Pancasila.

Baca juga:  SAI20 Diminta Dapat Menjadi Warisan Kepemimpinan Indonesia di G20

Konsekuensinya adalah bagaimana kekuatan anak muda dapat diarahkan kepada kemampuan untuk berkemandirian dari semenjak belajar sampai lulus. Berkemandirian inilah yang patut dihargai oleh siapapun dengan tidak memandang profesi. Apalagi memandang dengan dasar struktur. Oleh karena itu pada dasarnya kehadiran G20 perlu dijembatani untuk memandang generasi muda yang diwakili anak muda untuk dapat membangkitkan kepercayaan diri generasi muda bangsa Indonesia. Bagaimana caranya?

Media, Anak Muda, dan G20 dapat sebagai pilar utama sehubungan dengan masa depan kehidupan bangsa. Sebabnya pertama, tidak mungkin orang modern dapat meninggalkan media sekalipun tidak selalu mencermatinya. Kedua, tidak mungkin anak muda dapat terlepas dari informasi dan komunikasi. Ketiga, tidak mungkin G20 dapat berkelanjutan dengan tanpa kehadiran adanya generasi penerus.

Seterusnya ini tak dapat terjadi apabila G20 tidak mampu memberikan efek dan dampak. Efek dan dampak konstruktif atas masa depan anak muda. Jangan sampai G20 hanya memberikan keuntungan semata terhadap suatu bentuk arogansi kenegaraan tertentu dan sistem politik tertentu namun juga mampu memberikan penyamarataan dengan dasar kesetaraan bukan politis.

Baca juga:  Delegasi Indonesia Untuk G20 Dinyatakan Positif Covid-19

Melainkan kesempatan untuk dapat hidup dengan layak. Layak di hadapan satu dengan yang lain. Inilah dasar dari pemerataan selain juga tentunya harusnya demikian dengan pertumbuhan ekonomi. Karena setiap orang ataupun individu pasti dapat dengan segera menyadari bahwa dunia bisnis adalah dunia yang penuh dengan kegotongroyongan dalam pengertian yang diperluas.

Ini pertanda penting bagi Indonesia untuk menyumbangkan gagasan gotong royong ini agar setiap negara G20 tidak boleh memaksakan kehendak untuk kepentingan pribadi negaranya saja. Itulah Pancasila dalam G20. Sehubungan dengan itu jelas sudah mulai tampak analisis dari tulisan ini.

Anak muda, sebagai bentuk representasi anak bangsa merupakan suatu perjalanan panjang. Oleh karena itu bagaimana perjalanan panjang ini mampu diselamatkan oleh negara. Pada kesempatan penulis tidak menuliskan tentang negara melainkan bagaimana negara dapat melimpahkan suatu bentuk pertanggungjawaban kepada generasi anak muda ini tanpa meninggalkan tanggung jawabnya sebagai negara. Di sinilah media dapat menjembatani agar anak muda diberikan kesempatan untuk menyampaikan opini. Opini tentang apapun terkait dengan G20.

G20 dengan demikian memperoleh pula kesempatan untuk menjadikan media dan anak muda sebagai katalisator sustainable development mengingat rentang waktu akan terus berganti dari hari ke hari untuk dipertontonkan bagaimana G20 mampu memiliki kepekaan sosial yang tinggi atas kemajuan masing-masing negara tidak terlepas dari berkualitasnya generasi anak mudanya itu. Seterusnya dapat digali bahwa negara melalui peran media secara kolaboratif sekiranya dapat menjembatani ini. Ini berarti bahwa G20 dapat terbantu kesuksesannya apabila semakin dapat pula dimengerti terkait dengan masa depannya sendiri di tangan kelak oleh para generasi mudanya itu.

Baca juga:  Jika Aku Seorang Kepala Desa

Poin pentingnya adalah pertama, bagaimana kemungkinan merintis jaringan kerjasama bisnis secara global ala G20 yang khusus memberikan kesempatan bagi calon pengusaha muda di kalangan para generasi anak mudanya itu. Kedua, bagaimana memberikan peluang dan kesempatan atas keberadaan generasi anak mudanya masing-masing negara dapat bergotong royong satu dengan yang lain berdasarkan piranti dari kebijakan G20. Adapun penyelesaian dari persoalan yang diangkat pada paragraph ketiga adalah pertama, tidak menjadikan G20 secara eksklusif hanya berkutat kepada kelompok elit. Kedua, tidak menjadikan G20 terpisah secara formal dengan media melainkan mampu menunjukkan hubungan konstruktif dengan media dan anak muda.

Penulis, dosen Fakultas Filsafat UGM

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *