Ilustrasi. (BP/tomik)

DENPASAR, BALIPOST.com – Indonesia saat ini sedang menjajaki pemberian vaksinasi COVID-19 bagi anak di bawah enam tahun. Hal ini dikatakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sesuai dengan permintaan Presiden Joko Widodo saat memimpin Rapat Terbatas Evaluasi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), Selasa (23/8).

Menkes dalam keterangan virtualnya menyebutkan vaksinasi bagi anak usia di bawah enam tahun ini untuk menjaga dan meningkatkan kadar imunitas masyarakat Indonesia. Sebab, di awal 2023 diperkirakan akan muncul mutasi dan varian baru dari penyakit ini yang dipicu masih tingginya angka penularan di sejumlah negara.
“Salah satu inisiatifnya adalah nanti Bapak Presiden minta vaksinasi untuk anak-anak di bawah enam tahun nanti kita akan mulai jajaki,” katanya.

Baca juga:  Galungan, Segini Jumlah Kasus COVID-19 Baru di Bali

Terkait vaksinnya, Menkes menyatakan sudah ada vaksin yang disetujui di dunia. “Vaksinasi pediatric namanya dan sedang kita jajaki,” jelasnya.

Vaksinasi menyasar anak usia di bawah enam tahun ini menjadi salah satu inisiatif untuk menjaga tingkat imunitas. Dari sero survei yang dilakukan Juli 2022, antibodi masyarakat mencapai 98,5 persen dengan kadar 2.000 unit per mililiter.

Selain itu, pemerintah juga akan memberikan vaksinasi COVID-19 bagi kelompok lanjut usia, komorbid, serta mereka yang kadar imunitasnya sudah turun atau lebih dari enam bulan. “Karena kita sudah tahu by name by address, nanti akan kita akan berikan alternatif vaksin yang ada, agar bisa meningkatkan kadar imunitasnya demi menjaga level imunitas Indonesia untuk menghadapi, siap-siap di awal tahun depan kalau misalnya ada varian baru,” ujar Menkes.

Baca juga:  Sejak 5 Mei, Bali Tambah Satu Lab Uji Swab COVID-19

Saat ini populasi masyarakat Indonesia sudah sangat terlindungi dari level antibodinya. “Itu sebabnya kenapa untuk kasus gelombang BA.4, BA.5 yang di Jepang, di Eropa, dan Amerika itu meningkatkan kasus konfirmasi tinggi sekali, di kita tidak,” terangnya.

Ada dua hal penyebabnya, yaitu vaksinasi yang gencar dan infeksi yang menjangkit masyarakat sehingga antibodi terbangun. “Kombinasi antara vaksinasi di bulan November, Desember, dan Januari dan infeksi di bulan Februari  dan Maret itu membuat infeksi di bulan Juni, Juli, Agustus kadar antibodi masyarakat itu tinggi sekali,” lanjutnya.

Baca juga:  Vaksinasi Lansia Belum Jadi Program Pemerintah

Namun ujiannya, dikatakan Menkes, dalam enam bulan ke depan. Budi mengatakan bahwa Indonesia menjadi sedikit dari negara lain yang berhasil melampaui gelombang sub varian BA.4 dan BA.5.

Dengan demikian, Budi meminta agar semua bekerja sama agar Indonesia tak lagi menghadapi gelombang-gelombang COVID-19 selanjutnya. Jika berhasil menangani gelombang di 2023 itu, Menkes percaya Indonesia akan menjadi salah satu dari sedikit negara yang menangani pandemi ini selama 12 bulan berturut-turut. (Diah Dewi/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *