GIANYAR, BALIPOST.com – Pentas Tari Nyapuh Tirah Campuhan menjadi rangkaian pelaksanan program pemuliaan air di sepanjang Sungai Oos yang diinisiasi oleh Yayasan Puri Kauhan Ubud, Sabtu (27/8). Pentas yang disutradarai oleh Ida Ayu Wayan Arya Satyani ini mengambil inspirasi dari cerita rakyat yang hidup di masyarakat Ubud, Bali.
Bercerita tentang Tirah, seorang gadis cilik yang hilang di sungai, pentas tari ini memberi pesan kepada masyarakat, khususnya masyarakat Bali agar tidak merusak dan mengotori sungai sungai. Tidak membuang kotoran, sampah dan limbah ke sungai, karena diyakini akan mendatangkan bencana.
“Nyapuh Tirah Campuhan, adalah kisah tentang pemuliaan air, kisah para penjaga sungai,” tutur Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud Ari Dwipayana dalam rilisnya.
Pentas tari ini melibatkan sekitar 120 orang, dari penari, koor anak, dan pengrawit. Melibatkan Garin Nugroho sebagai dramaturgi, Cok Sawitri sebagai penulis narasi, dan diproduseri oleh Gita Fara.
Ari, dalam sambutannya menyampaikan bahwa melalui pentas seni ini, Yayasan Puri Kauhan Ubud ingin menampilkan karya-karya seni terbaik yang inspirasinya diambil dari nilai-nilai luhur masyarakat dan budaya Bali. “Karya terbaik pasti melibatkan orang-orang yang terbaik. Karena itu pentas ini melibatkan talenta-talenta seni berbakat yang terbaik,” ungkapnya.
Yayasan Puri Kauhan Ubud mengambil inisiatif melakukan edukasi, literasi, dan advokasi melalui gerakan kesadaran untuk menjaga dan memulikan air dengan tajuk Toya Uriping Bhuwana, Usadhaning Sangaskara. “Konservasi air harus terintegrasi dari hulu sampai hilir, sebagaimana muncul dalam konsep Segara-Wukir atau Segara-Gunung,” jelas Ari Dwipayana yang juga Koordinator Staf Khusus Presiden RI.
Pertunjukan seni ini merupakan, pertunjukkan seni yang ke-tiga kalinya yang diselenggarakan Yayasan Puri Kauhan Ubud. Pertunjukkan seni pertama diselenggarakan pada Agustus tahun 2021 bertema SIH, Nawur Kukuwung Ranu pada bulan Mei 2022 dan yang ketiga adalah Nyapuh Tirah Campuhan.
Sebelum pentas seni, dilakukan penutupan pameran seni Tirta-Agra-Rupa dan penyerahan hadiah bagi para pemenang lomba lukis anak-anak SD bertema ekologis di Museum ARMA. Dilanjutkan penanaman pohon dan pelepasan burung hantu di desa Keliki, Ubud.
Adapun penanaman pohon dan pelepasan burung hantu di lakukan di desa Keliki. Burung hantu, merupakan burung pemangsa hama tikus, sehingga dapat membantu para petani untuk menjaga tanaman agar makin produktif. (kmb/balipost)