DENPASAR, BALIPOST.com – Pada Agustus 2022, Bali mengalami inflasi secara tahunan yaitu, 6,38 persen (yoy). Sedangkan secara mtm, Bali mengalami deflasi -0,23 persen. Canang sari tercatat sebagai komoditas dengan inflasi tertinggi.
Kepala BPS Hanif Yahya, Kamis (1/9) mengatakan, baik di Singaraja maupun Denpasar aecara mtm mengalami deflasi masing-masing -1,48 persen dan -0,04 persen. Sedangkan secara yoy, Singaraja mengalami inflasi 5,25 persen dan Denpasar 6,25 persen. “Pergerakan tingkat inflasi pada Agustus
2022 mengalami penurunan dibandingkan Juli. Jadi kedua-duanya mengalami deflasi,” ujar Hanif.
Tiga kelompok penyumbang deflasi yang terbesar
baik di Denpasar maupun Singaraja yaitu kelompok
makanan dengan andil -0,43 persen, mengalami deflasi -1,68 persen, kelompok transportasi dengan andil -0,18 persen dan mengalami deflasi -1,32 persen, kelompok kesehatan dengan andil -0,002 persen mengalami deflasi -0,06 persen. Tiga kelompok penyumbang deflasi di Singaraja yaitu kelompok makanan -1,57 persen dengan tingkat deflasi -4,29 persen.
Secara mtm, inflasi menurut komponen di Bali pada
Agustus 2022, komponen inti 0,54 persen, komponen yang diatur pemerintah mengalami inflasi 0,31 persen, dan komponen harga bergejolak -3,74 persen. Lima komoditas utama penyumbang deflasi di Bali yaitu, bawang merah dengan andil -0,19 persen mengalami
deflasi -25,14 persen, angkutan udara andilnya terhadap deflasi -0,16 persen dengan tingkat deflasi -12,80 persen, cabai rawit dengan andil -0,16 persen dengan tingkat deflasi -27,83 persen, cabai merah dengan andil -0,10 persen, dengan tingkat deflasi -15,61 persen, minyak goreng dengan andil -0,10
persen dengan tingkat deflasi -7,13 persen.
Sementara lima komoditas penyumbang inflasi
yaitu, canang sari dengan inflasi 6,62 persen, tarif air
minum PAM dengan inflasi 6,82 persen, bahan bakar
rumah tangga dengan inflasi 2,12 persen, telur ayam ras dengan inflasi 4,03 persen, tarif listrik dengan inflasi 0,80 persen. (Citta Maya/balipost)