SEMARAPURA, BALIPOST.com – Kekhawatiran terhadap dampak kenaikan harga BBM, mulai dirasakan masyarakat. Terutama, melonjaknya harga kebutuhan pokok, seperti bumbu dapur.
Kenaikan harganya sudah dirasakan masyarakat di Pasar Umum Galiran Klungkung. Kebutuhan pokok seperti cabai dan bawang merah, harganya sudah melonjak sejak tiga hari terakhir.
Komoditi kebutuhan pokok seperti bawang merah naik rata-rata lima ribu rupiah per kilogram. Bawang merah asal Bima harganya saat ini di pasaran mencapai Rp 27 ribu per kilogram.
Harga ini cukup melambung, dibandingkan harga sebelumnya yang hanya Rp18-20 ribu per kilogram. Beda lagi untuk jenis bawang merah lokal asal Kintamani Bangli, harganya naik menjadi Rp 23 ribu dari harga sebelumnya Rp 18 ribu.
Kenaikan harga ini cukup menguras kantong konsumen di tengah situasi sulit pascapandemi Covid-19. Meski demikian, warga tak berdaya dalam menghadapinya.
Tidak hanya komoditi bawang merah, lonjakan harga juga sangat dirasakan pada bumbu dapur lainnya, seperti cabai. Harga cabai rawit merah, naik hingga Rp 100 persen. Sebelumnya harganya hanya Rp 23 ribu perkilogram, namun pascakenaikan harga BBM harganya meroket di pasaran menyentuh harga Rp 45 ribu sampai Rp 47 ribu perkilogram.
Salah satu pengecer bumbu dapur di Pasar Umum Galiran Klungkung, Nengah Nitiati, mengatakan kenaikan yang paling tinggi terjadi pada cabai rawit merah ini. “Kenaikannya, selain karena faktor cuaca, juga diperparah lagi karena kenaikan harga BBM. Lantaran biaya BBM kendaraan, cukup tinggi dari petani ke pasar,” katanya, saat ditemui di pasar, Kamis (8/9).
Disisi lain, agen bawang merah yang langsung mendatangkan komoditi ini dari Kintamani Bangli Nengah Sri Angreni mengakui, biaya BBM menjadi sangat tinggi, pascakenaikan harga. Sehingga untuk menutupinya, ia terpaksa ikut menaikkan harga bawang merahnya di kisaran tiga ribu rupiah per kilogram.
Meski demikian, dia tetap memberikan potongan harga bagi pelanggannya yang berjualan di tengah pasar. “Sebelumnya itu, harganya Rp 18-19 ribu per kilogram, sekarang Rp 21-23 ribu. Sudah naik sejak dua hari. Ini untuk bawang songan. Kalau bawang Bima beda lagi, naik drastis kisaran Rp 26 ribu, di pasar dijual Rp 27 ribu. Bawang putih juga begitu, dari Rp 15 ribu, sekarang sudah Rp 16.500,” katanya.
Naiknya harga-harga bumbu dapur ini, kenyataannya tidak sepenuhnya menguntungkan pedagang. Sebab, tingginya harga bumbu dapur, justru membuat daya beli masyarakat juga turun drastis. (Bagiarta/balipost)