TABANAN, BALIPOST.com – Pembangunan jalan TMMD ke-114 yang menghubungkan Banjar Anyar, Desa Sangketan, Penebel dengan wewidangan Desa Adat Sarin Buana, Desa Wanagiri Kauh, Selemadeg menjadi akselerasi pembangunan wilayah tersebut. Termasuk dengan pengembangan potensi pariwisata, khususnya di Desa Adat Sarin Buana.
Apalagi di wilayah tersebut sudah banyak terdapat fasilitas pariwisata dan keberadaan hutan hujan (rain forest) menjadi potensi pariwisata alam yang bisa dikembangkan. Desa Sarin Buana berada di tengah-tengah hutan lindung pada sisi sebelah tenggara punggung Gunung Batukaru dengan ketinggian sekitar 1.000 meter dpl.
Beriklim pegunungan yang dingin, dengan kelembaban udara yang cukup tinggi. Tentunya memiliki potensi wisata alam. Hal inilah yang kini dilirik oleh desa adat untuk terus melakukan pengembangan maupun penataan sektor pariwisata di desa tersebut. Selain juga potensi perkebunan seperti salak gula, durian, maupun alpukat.
Bendesa Adat Sarin Buana, I Gede Saputra Giri mengatakan, keberadaan jalan penghubung ini tentunya sangat mendukung kawasan wisata yang sudah ada. Memang sebelumnya tidak ada akses sama sekali dari wilayah desa Wanagiri ke desa Sangketan Penebel.
Meskipun hanya jalan setapak di tengah lahan perkebunan itupun sangat berbahaya saat berpapasan. “Kalau sebelumnya perlu 14,5 menit lewat jalan umum untuk bisa ke Tabanan sekarang hanya 5 menit, bayangkan sesingkat itu apalagi dengan lebar jalan yang sangat mendukung kawasan wisata di wilayah kami,” jelasnya.
Diterangkannya, pihaknya tengah mengembangkan agro wisata, dengan branding market adalah rain forest (hutan hujan). Sebelum pandemi, sudah banyak wisatawan yang berkunjung dan menginap di villa yang sebagian besar ada di banjar Biyahan. “Sebelumnya saat belum ada akses jalan, perbulan rata-rata 300 orang wisatawan asing. Apalagi banyak dibangun villa. Karena meski jalan rusak banyak lewat sini, hanya saja ketika berpapasan sedikit rawan. sekarang saya yakin jalan yang lebar ini satu satunya akses yang menuju tercepat,” ucapnya.
Desa Wanagiri sendiri sebenarnya sudah resmi mengantongi desa wisata dari 2017. Dengan pengembangan dari dulu market rain forest hanya saja memang belum digarap secara maksimal, karena untuk menunjang pariwisata belum ada fasilitas jalan bagus menuju kawasan. “Kini sudah ada, harapan kami potensi pariwisata di desa kami bisa terus berkembang,” pungkasnya. (Puspawati/balipost)