SEMARAPURA, BALIPOST.com – Tidak hanya kebutuhan pokok, harga-harga seperti pakan ternak pun ikut melambung, seperti pakan ikan air tawar. Mengatasi ini, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (DKPP) Klungkung memberikan pelatihan cara membuat pakan.
Kepala DKPP Klungkung Dewa Ketut Sweta Negara, Senin (19/9) mengatakan tingginya harga pakan membuat para peternak, khususnya pembudidaya ikan air tawar terus mengeluh. Sebab, melambungnya harga pakan, tidak diimbangi dengan kenaikan harga ikan air tawar yang signifikan.
Di sisi lain, pemerintah terus menggelorakan gemar makan ikan. Situasi ini sangat mengganggu antusias pembudidaya ikan tawar dalam menjaga dan mengembangkan ikan air tawar, di tengah gencarnya dorongan pemerintah.
“Salah satu harga pakan apung jenis 781, dulu harganya Rp354 ribu per sak isi 30 kg. Sekarang sudah naik jadi Rp400 ribu per 30 kg. Makanya, muncul ide untuk membuat pakan alternatif. Kemudian, untuk mewujudkannya kami berikan pelatihan kepada pembudidaya,” kata Sweta Negara didampingi Ketua Perkumpulan Pembudidaya Ikan Air Tawar Kabupaten Klungkung, A.A Adnyana.
DKPP memberikan pelatihan lewat zoom, dengan menghadirkan pihak berkompeten dari Balai Penyuluh Perikanan Banyuwangi lewat zoom, bekerja sama KKP Pusat. Dari pelatihan tersebut sebanyak 12 kelompok (setiap kelompok 10-12 orang) pembudidaya ikan air tawar mendapatkan pengetahuan tentang cara membuat pakan apung alternatif ini.
Namun, dalam mewujudkannya, Sweta Negara mengatakan pihaknya masih terkendala mesin mixer yang bagus. “Kami sedang mengupayakan ke pusat, agar dibantu mesin ini. Sehingga kami bisa merealisasikan pembuatan pakan alternatif di Klungkung,” tegas pejabat ini.
Selain memberikan pelatihan, pihaknya juga sedang berupaya untuk memberdayakan para pembudidaya lewat perkumpulan yang sudah dibentuk. Pihaknya terus melakukan pembinaan, agar para pembudidaya dapat terus berkembang, bahkan mampu memenuhi kebutuhan pasar ikan air tawar di daerah sendiri, yang potensinya cukup besar.
Untuk mampu memenuhi permintaan pasar yang cukup tinggi, maka perkumpulan ini sedang dilatih untuk mengatur pola tebar bibit yang tepat, agar panennya tidak bersamaan, antar kelompok pembudidaya. “Permintaan ikan nila maupun lele, cukup tinggi. Terutama dari para pedagang lalapan. Ini yang kami tangkap sebagai sebuah peluang yang harus direalisasikan. Kami masih mengkalkulasikan, kebutuhannya sebulan berapa, dan suplai yang bisa dipenuhi dari perkumpulan pembudidaya ikan air tawar kita, berapa. Kami sedang mempersiapkan kajiannya,” tegasnya.
Sweta Negara menambahkan, ini juga sebagai upaya untuk meningkatkan daya konsumsi ikan air tawar bagi masyarakat Klungkung. Sebab, sesuai data tahun 2021, konsumsi ikan di Klungkung, masih dibawah rata-rata nasional, yakni masih 44,95 kg/kap/tahun dan untuk Provinsi Bali 44,81 kg/kap/tahun. Sedangkan, konsumsi ikan rata-rata nasional lebih tinggi, mencapai 55,37 kg/kap/tahun. (Bagiarta/balipost)