DENPASAR, BALIPOST.com – Sejalan dengan visi Pemerintah Provinsi Bali, Nangun Sat Kerthi Loka Bali, melalui pola pembangunan semesta berencana menuju Bali era baru, sejumlah desa dan banjar adat telah melaksanakan kegiatan untuk mewujudkan visi tersebut. Terlebih, dalam visi tersebut tersurat jelas, agar krama Bali menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya, untuk mewujudkan kehidupan krama Bali yang sejahtera dan bahagia, sakala-niskala.
Visi tersebut kemudian dijabarkan ke dalam beberapa misi, di antaranya mengembangkan tata kehidupan krama Bali secara sekala dan niskala berdasarkan nilai-nilai filsafat Sad Kertih yaitu Atma Kertih, Danu Kertih, Wana Kertih, Segara Kertih, Jana Kertih, dan Jagat Kertih. Memperkuat kedudukan, tugas dan fungsi desa adat dalam menyelenggarakan kehidupan krama Bali yang meliputi parahyangan, pawongan, dan palemahan.
Seperti yang dilakukan krama Banjar Adat Tampakgangsul, Desa Dangin Puri Kauh, Denut saat ini. Krama banjar setempat dalam menyelenggarakan upacara keagamaan tidak diragukan lagi. Meski berada di kawasan perkotaan, kegiatan keagamaan masih tetap berjalan dengan baik. Bahkan, kali ini krama banjar setempat kembali menyelenggarakan upacara besar, yakni karya ngenteg linggih, padudusan alit, mupuk padagingan, caru rsi gana dan jempong asu. Upacara ini telah dimulai sejak beberapa minggu lalu dan Sabtu (1/10) lalu digelar upacara mlaspas (mendem padagingan) dan macaru.
Kegiatan ini di-puput tiga sulinggih, yakni Ida Pedanda Gede Made Karang dari Griya Karang Tampakgangsul, Ida Pedanda Gede Oka Karang dari Griya Lumintang dan Ida Pedanda Gede Oka Mas dari Griya Satria. Selaku yajamana karya, yakni Ida Pedanda Made Karang.
Apa yang dilakukan krama banjar dengan jumlah 571 KK ini mendapat apresiasi Gubernur Bali Wayan Koster. Saat upacara mlaspas, Gubernur Bali Wayan Koster bukan hanya hadir, namun juga mapunia untuk mendukung kelancaran pelaksanaan upacara dimaksud. Selain Gubernur Bali, juga hadir sejumlah anggota DPRD Bali, panglingsir puri-puri di Denpasar, seperti Puri Pemecutan, Puri Jro Kuta, Puri Denpasar, dan Puri Kesiman.
Manggala Karya (Ketua Umum) I Wayan Sugitha, S.H., didampingi Sekretaris panitia karya I Gede Eka Sucita, S.Sos., M.H., Kelian Adat Banjar Tampakgangsul A.A. Ketut Ekayadnya dan Pengenter Karya I.B. Pidada yang ditemui di sela-sela upacara mengatakan, karya ini merupakan upacara Dewa Yadnya. Kegiatan serupa pernah dilaksanakan pada tahun 1953 lalu. Puncak karya ini akan berlangsung pada Purnama Kapat, 10 Oktober 2022 mendatang.
Dikatakan, sebelum puncak karya, juga akan digelar karya melasti ke segara Padanggalak, 7 Oktober 2022 mendatang. Selanjutnya setelah puncak karya, juga ada beberapa lagi rangkaian karya yang akan diakhiri dengan nyenuk dan panyineban, pada Kamis (13/10).
Sugitha berharap dengan dilangsungkannya upacara ini, kedamaian di masyarakat dan lingkungan dapat tetap terjaga. Untuk dana penyelenggaraan karya dari diperoleh yayasan Banjar Tampakgangsul, sumbangsih masyarakat, dan pemerintah. “Semoga semua warga Tampakgangsul, baik warga asli maupun pendatang mendapatkan keselamatan,” paparnya.
Ditambahkannya, rangkaian karya ngenteg linggih, padudusan alit, mupuk padagingan, caru rsi gana, dan jempong asu di Banjar Tampakgangsul telah dimulai dengan pelaksanaan matur piuning, nanceb tungguh, dan majaya-jaya panitia karya pada Sabtu (10/9).
Sementara itu, Jro Mangku Gede Dalem Majelangu Denpasar menuturkan, karya ini pada umumnya diadakan tiap tiga puluh tahun sekali. Dalam upacara nantinya, semua palinggih yang ada di periyangan banjar akan di-plaspas dan mendem padagingan. “Semua palinggih yang ada di merajan Banjar Tampakgaksul, termasuk balai kulkul. Semuanya akan di-plaspas dan mendem padagingan,” terang Jro Mangku.
Kelian Adat Banjar Tampakgangsul, A.A. Ketut Ekayadnya mengatakan, semangat krama dalam menyelenggarakan karya ini cukup tinggi. Karena rangkaian karya ini cukup panjang dan beberapa sudah berlangsung. Dikatakan, dengan jumlah krama sebanyak 571 KK, semua tahapan karya bisa berjalan dengan baik.
Ida Bagus Pidana menambahkan, serangkaian upacara ini, dihaturkan upakara di pariyangan berupa rsi gana, di natar balai banjar dihaturkan jempong asu, wraspati kalpa. Selain itu, juga diselenggarakan upacara di catus pata, wantilan, serta balai kulkul. (Asmara Putera/balipost)