Oleh Djoko Subinarto
Kota-kota kita sekarang ini kian ruwet dan kian tidak sehat. Salah satu biang penyebabnya yaitu sebagian besar fasilitas kota berada dalam jarak yang tidak dekat dengan warga.
Sekedar ilustrasi, untuk mencapai tempat bekerja, misalnya, sebagian besar warga harus menempuhnya dengan menggunakan kendaraan bermotor. Begitu juga saat harus berbelanja, rekreasi, olahraga, kondangan, melakukan perawatan kesehatan, dan berbagai aktivitas lainnya.
Gaya hidup warga cenderung pasif karena ke mana-mana harus mengandalkan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil, yang notabene sangat polutif.
Semestinya semua fasilitas yang ada di kota diupayakan berada dalam jarak yang dekat dengan jangkauan warga.
Warga hanya perlu berjalan kaki atau mengayuh sepeda untuk mencapainya. Kalaupun lokasinya sedikit jauh, cukup dengan menggunakan layanan kendaraan umum yang murah, aman, nyaman, dan selalu tepat waktu.
Menjadikan fasilitas-fasilitas kota yang dapat dijangkau dengan mudah oleh warga inilah yang kini menjadi tantangan para pengelola kota. Dengan kemungkinan bahwa sekitar 68 persen hingga 75 persen populasi bakal mendiami kawasan perkotaan di masa depan, kota-kota perlu dirancang dan disiapkan menjadi kota yang lebih humanis, lebih sehat, lebih asri, di mana gaya hidup aktif menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan warga kota.
Terkait hal tersebut, belakangan ini, mulai ramai diperbincangkan ihwal konsep kota 15 menit. Konsep ini menekankan bahwa seluruh fasilitas kota — mulai dari tempat bekerja, bisnis hingga rekreasi, area terbuka hijau, dan permukiman — mesti dapat diakses dalam waktu singkat. Setidaknya tidak lebih dari 15 menit oleh segenap warga, dengan cukup berjalan kaki, mengayuh sepeda atau menggunakan layanan
angkutan publik.
Pencetus konsep kota 15 menit ini adalah oleh Carlos Moreno, seorang profesor blasteran Prancis-Columbia dari Universitas Paris, Prancis. Konsepnya didasari pada keinginan untuk merancang kota yang lebih berkelanjutan, membantu mengurangi penggunaan mobil dan mengurangi emisi karbon, mengurangi waktu tempuh perjalanan sembari menciptakan lebih
banyak ruang publik.
Tahun 2021 silam, kosep kota 15 menit gagasan Carlos Moreno ini oleh The Henrik Frede Obel Foundation dianugerahi Obel Award. Penghargaan tersebut diberikan sebagai pengakuan atas nilai-nilai agungnya dalam menciptakan lingkungan perkotaan
yang berkelanjutan dan berpusat pada manusia.
Tiga Zona Utama
Dalam konsep kota 15 menit, setidaknya kota dibagi dalam tiga zona utama. Yang pertama adalah zona jalan kaki selama 5 menit.
Yang termasuk dalam zona ini adalah kawasan permukiman yang ditopang dengan fasilitas kebutuhan warga sehari-hari, termasuk sektor usaha kecil, lapangan terbuka, dan lahan untuk rekreasi warga. Berikutnya adalah zona jalan kaki 15 menit.
Yang ada di zona ini antara lain adalah toko kelontong, apotek, sarana perdagangan umum, sekolah serta taman-taman luas serta perusahaan-perusahaan besar. Adapun zona terakhir adalah zona bersepeda
15 menit.
Di zona ini, terdapat berbagai fasilitas budaya, fasilitas layanan medis, dan pendidikan tinggi. Selain itu, ada juga taman yang lebih luas dan perusahaan-perusahaan yang lebih besar.
Di zona ketiga, juga tersedia akses untuk transportasi publik untuk kepentingan antarkota. Carlos Moreno percaya bahwa penerapan konsep kota 15 menit akan melahirkan apa yang disebut sebagai kota polisentris, di mana setiap orang dapat pergi ke mana pun mereka mau.
Awalnya, gagasan Moreno ini pandang sebuah utopia. Namun, perlahan, terutama setelah merebaknya pandemi Corona (Covid-19), para pengelola kota di sejumlah negara mulai melirik konsep yang ditawarkan Moreno ini. Sejak tahun lalu, C40 Cities Climate Leadership Group, kelompok jaringan kota yang terdiri dari 97 kota di seluruh dunia, mulai gencar mempromosikan konsep kota 15 menit sebagai bagian dari strategi pemulihan pascapandemi.
Kini, konsep kota 15 menit ini sudah mulai masuk dalam ranah kebijakan beberapa kota. Salah satunya Paris. Kota lainnya yang mulai mengupayakan pengadopsian konsep kota 15 menit yaitu Houston
(Amerika Serikat), Milan (Italia), Brussel (Belgia),
Valencia (Spanyol), Melbourne (Australia), dan
Chéngd? (Tiongkok). Kita berharap kota-kota di
negara kita dapat pula mengadopsi konsep kota 15
menit gagasan Carlos Moreno ini. Dengan begitu,
kota-kota kita dapat mewujud menjadi kota-kota
yang lebih sehat dan lebih berkelanjutan.
Penulis, Kolumnis dan Bloger