DENPASAR, BALIPOST.com – Bocah berusia tiga tahun, Ida Bagus Made Satya Prawira (3) merupakan salah satu penyintas Gagal Ginjal Akut (Acute Kidney Injury –AKI). Saat berada dalam perawatan, ia harus 7 kali menjalani cuci darah.
Ni Kadek Erin Elsayani (27), orangtua Satya, menceritakan awalnya sang anak demam dan panasnya naik turun. “Setelah itu tidak mau kencing, dari Jumat (9/9) itu kencingnya hanya tiga tetes, lalu Sabtu dan Minggu dia tidak kencing dan besoknya langsung saya bawa ke rumah sakit,” katanya dikutip dari Kantor Berita Antara.
Erin baru mengetahui masalah kesehatan yang dialami oleh anaknya setelah mendapat penjelasan dari petugas kesehatan di Rumah Sakit Puri Bunda dan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah, yang sebelumnya disebut RSUP Sanglah. “Sampai di RS Puri Bunda baru tahu, cuma susternya tidak menjelaskan detail. Setelah di RSUP Sanglah baru dikasih tahu bahwa AKI (Acute Kidney Injury) itu sudah 13 kasus, ini yang ke-14,” ujar ibu dua anak itu.
Ia menuturkan bahwa anak lelakinya terlihat lemas sampai tidak sanggup duduk setelah tidak bisa kencing serta menolak makan dan minum sehingga langsung dibawa ke Rumah Sakit Puri Bunda pada 12 September 2022. Setelah hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan Satya mengalami gangguan fungsi ginjal, dia langsung dirujuk ke RSUP Prof Ngoerah.
Erin mengatakan bahwa anaknya menjalani rawat inap serta tujuh kali proses cuci darah selama tiga minggu dirawat di rumah sakit tersebut, dari 13 September sampai 4 Oktober 2022. “Sempat dua hari di ICU karena sesak, saturasi oksigennya menurun. Di ICU langsung cuci darah, akhirnya membaik dan kembali ke ruang intermediate. Pasien lain lebih dari 10 kali cuci darah ada,” kata Erin.
Menurut Erin, selama menjalani perawatan di rumah sakit anaknya juga harus rutin mengonsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter. “Kalau untuk obat panasnya diminum tiga kali sehari, kalau untuk obat mualnya juga sebelum makan tiga kali sehari,” katanya.
Satya sekarang sudah sembuh. Namun, Erin dan suaminya tetap diminta waspada dengan tetap memperhatikan kencing anaknya serta memastikan anaknya menjalankan pantangan mengonsumsi makanan dalam kemasan.
“Kondisi kencingnya sudah membaik, kadang-kadang dia dua jam sekali kencing atau kalau tidak satu jam sekali,” kata Erin.
“Lebih waspada sebenarnya, apalagi kalau masalah kencing sekarang ini saya masih takar kencingnya berapa jam sekali kencingnya, berapa mililiter, itu masih saya takar walaupun dokter sudah bilang membaik,” ia menambahkan.
Di wilayah Provinsi Bali hingga saat ini ada 17 anak yang tercatat mengalami gagal ginjal akut misterius. Sebanyak 11 orang di antaranya meninggal dunia. (kmb/balipost)