DENPASAR, BALIPOST.com – Semangat kebersamaan ternyata menjadi sebuah filosofi hidup yang meringankan dan memberi solusi di tengah kompleksitas kehidupan masyarakat kota. Ini, bisa dilihat dari pelaksanaan manusa yadnya secara bersama-sama menjadi sebuah solusi yang meringankan umat. Demikian disampaikan Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Denpasar I Made Arka S.Pd, M.Pd., di sela-sela pelaksanaan manusa yadnya, berupa metatah, menek kelih dan pawintenan saraswati massal pada Minggu (30/10) di Kantor PHDI Kota Denpasar.
Tampak hadir Sekretaris Daerah Kota Denpasar I.B. Alit Wiradana bersama perwakilan Forkompimda Kota Denpasar, Majelis Desa Adat Kota Denpasar, jajaran OPD di Kota Denpasar.
Wali kota Denpasar IGN Jaya Negara hadir dan nyangging peserta metatah yang diikuti 200 warga. Sulinggih yang terlibat sebanyak 7 sulinggih yaitu : Ida Rsi Agung Yoga Siddhi Bang Pinatih, Ida Pedanda Gede Kompyang Beji, Ida Pandita Mpu Jaya Ashita Santi Yoga, Ida Pandita Dukuh Budha Celagi Dhaksa Dharma Kirti, Ida Sire Empu Dharma Sunu, Ida Rsi Bujangga Waisnawa Putra Wirya Ardhanareswara dan Ida Bhagawan Viveka Dharma.
Jaya Negara mengatakan metatah ini merupakan upacara manusa yadnya yang wajib dilakukan umat Hindu dalam hal ini para orangtua kepada anak khususnya yang akan menginjak usia remaja atau dewasa. “Upacara ini merupakan upaya menetralisir sifat buruk pada diri manusia atau Sad Ripu yang meliputi Kama (sifat penuh nafsu indriya), Lobha (sifat loba dan serakah), Krodha (sifat kejam dan pemarah), Mada (sifat mabuk atau kemabukan), Matsarya (sifat dengki dan iri hati), dan Moha merupakan (sifat kebingungan atau susah menentukan sesuatu).
“Walaupun dalam kondisi pandemi COVID-19, kita harus tetap beryadnya, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, begitupun manusia dengan alam lingkungan harus tetap dijaga sebagaimana mestinya, sehingga kehidupan tetap harmonis tetapi dengan catatan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan agar kita semua terhindar dari bahaya penularan COVID-19,” katanya.
Lebih jauh Ketua PHDI Kota Denpasar Made Arka menyatakan di tengah situasi perekonomian seperti ini, jangan sampai pelaksanaan upacara yadnya menjadi beban bagi umat sehingga perlu gerakan bersama dan saling berbagi dalam pelaksanaan sebuah yadnya. “Upacara manusa yadnya bersama ini sebagai upaya mengukuhkan PHDI sebagai lembaga pelayan dan pengayom umat,” jelas mantan aktivis mahasiswa ini.
Ketua Panitia Karya Dr. AA. Ngurah Agung Wira Bima Wikrama menambahkan kegiatan manusa yadnya bersama juga sebagai upaya edukasi untuk menepis anggapan yang muncul bahwa yadnya menjadi beban umat karena mahal dan repot. “Karena digelar dengan balutan spirit kebersamaan dan gotong royong tentu akan jauh lebih mudah, murah dan praktis,” ujar pengelingsir Puri Satria ini. (Asmara Putera/balipost)