Oleh Sahadewa
Kemanakah hidup berjalan? Tidak ada yang tahu secara pasti kecuali Yang Maha Tahu. Secara pasti berarti mengerti tentang bagaimana caranya untuk dapat menjalani kehidupan. Turbin merupakan salah satu komponen mesin yang mampu menggerakkan bagaimana mesin tersebut memiliki tenaga. Susulan turbin berarti kemampuan untuk selalu dapat menggerakkan.
Tidak ada kekuatan yang lebih dahsyat kecuali bersahabat dengan alam. Alam ataupun lengkapnya alam semesta tidak hanya tampak terdiam saja rupanya, sehingga menjadikan hidup dan kehidupan di alam semesta ini bergerak secara tidak disadari sepenuhnya selama hidup seharian (24 jam). Untuk itulah tulisan ini hendak menguak bagaimana cara kerja ilmiah natural sehubungan dengan berbagai kemungkinan adanya pergerakan alam ataupun alam semesta dengan dasar bahwa ada manusia yang hidup didalamnya itu.
Kekuatan alam adalah sesuatu yang muncul dengan proses yang bertahap sebagaimana umumnya sesuatu yang bersifat natural. Naturalitas sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehingga memerlukan kepekaan dan kecerdasan serta kebijaksanaan sehingga menjadikan itu semua sebagai pisau analisis atas situasi. Inilah yang menjadikan kebencanaan sebagai sumber inspirasi untuk bergerak lebih berkemajuan daripada sebelumnya.
Kekuatan manusia adalah kekuatan yang yang bersumberkan pada unsur-unsur alam seperti yang tampak secara ilmiah sudah dibuktikan dalam konstelasi keilmuan tertentu. Ini menandakan bahwa tidak ada ketentuan dan keputusan keilmiahan yang mampu untuk menuntaskan segalanya termasuk dalam konstelasi kegempaan yang kemunculannya tidak dapat dipastikan seperti yang terjadi di Cianjur dan kemungkinan di tempat yang lainnya.
Untuk itu maka diperlukan sebuah perangkat sistem yang menyeluruh untuk pula sebagai bentuk kepedulian di antara pra kejadian, kejadian serta pasca kejadian itu. Pada dasarnya Indonesia dan beberapa negara terutama negara maju sudah terbiasa dengan adanya susulan turbin kebencanaan yang dipersepsi sebagai bencana untuk disegerakan dicarikan jalan keluar yang paling efektif sekalipun Indonesia tetap harus terus menyempurnakan berbagai kemungkinan perangkat sistem yang semakin mutakhir di masa depan berikut berbagai kemungkinan pemeliharaannya.
Oleh karena itulah perlu pula kesadaran bencana yang semakin mengarahkan kemasyarakatan untuk lebih berkoordinasi. Termasuk terutama di masa depan adalah “berkoordinasi” dengan alam atau lengkap alam semesta.
Konstelasi keilmuan perlu lebih dikembangkan dengan jalan penyederhanaan terhadap aplikasi dan peranan yang dapat dimajukan untuk kemajuan masyarakat itu sendiri sehingga antara dimensi ilmiah dan sosial semakin dapat direkatkan untuk menjawab dan memberikan respons yang semakin menunjukkan persahabatan dengan alam. Persahabatan tidak saja dimaknai melainkan diterapkan sebagai bentuk-bentuk riil. Inilah yang seterusnya mampu untuk menjawab.
Menjawab bahwa manusia tidak terpisah dengan alam. Keterangan ketidakterpisahan dengan alam sudah dijawab oleh unsur-unsur dalam tubuh manusia yang kompatibel dengan unsur-unsur alam dan semesta. Keterangan ketidakterpisahan manusia dengan alam semesta merupakan bentuk kenyataan yang dibangun untuk dapat menyelamatkan diri manusia sehingga kreatif dan aktif dalam melanjutkan cita-cita dapat berdampingan dengan alam sekalipun belum menyadari sepenuh hati dan pikiran jika dirinya bagian dari alam itu sendiri.
Inilah yang sekiranya dapat diturunkan dalam khasanah keilmuan yang semakin produktif untuk mendidik diri. Diri manusia yang mampu tidak saja menghafal tentang alam melainkan memberikan umpan balik yang mendukung kelestarian alam semesta sembari mencari dan menemukan titik-titik keselamatan untuk hidup saling berdampingan dan sekaligus berada di dalam alam semesta itu sendiri.
Keterangan ketidakterpisahan dengan alam semesta ini terutama diperuntukkan untuk menunjukkan pertama, manusia dan sekelilingnya merupakan gelombang kekuatan yang digerakkan dalam rangka mencapai tujuan kehidupan tertentu, dan kedua, menunjukkan bahwa alam semesta pun juga menggerakkan dirinya sendiri sedemikian rupa untuk mencari titik-titik keseimbangan baru. Inilah yang kemudian memberikan formulasi jawaban tersendiri di paragraf terakhir.
Ketentuan dan keputusan ilmiah terkait dengan keberadaan kebencanaan bagi diri manusia merupakan rujukan utama termasuk juga dalam banyak bidang apapun juga adanya itu. Namun, perlu dan patut untuk ditentukan dan diputuskan lebih dalam lagi bahwa keberadaan diri manusia dalam lingkupan keilmiahan sebagai rujukan menunjukkan bagaimana manusia itu tidak bergerak sendirian melainkan sudah melakukan interaksi.
Interaksi dengan berbagai hal yang dapat saja memperlambat dirinya untuk mengambil keputusan. Keputusan untuk dapat selamat dari susulan turbin alam semesta yang bergerak untuk mencari titik-titik keseimbangan itu dan oleh karenanya kebencanaan tidak mesti terpatok kepada dunia keilmiahan yang bersandarkan kepada peralatan teknis semata melainkan mampu memberikan pencerahan atas keberadaan diri manusia. Itulah PR (pekerjaan rumah) penting dalam menatap masa depan.
Penulis, dosen Fakultas Filsafat UGM