Sejumlah petugas medis dikerahkan di kompleks permukiman di Distrik Chaoyang, Beijing, China, yang sedang di-lockdown, Senin (21/11/2022), untuk mengambil sampel tes PCR para penghuninya. Otoritas Kota Beijing memperketat kebijakan nol kasus COVID-19 setelah ditemukan tiga kasus kematian dalam dua hari berturut-turut pada 19-20 November 2022. (BP/Ant)

WASHINGTON, BALIPOST.com – Dalam mengatasi gelombang infeksi virus corona yang terus meningkat yang berpotensi memunculkan lagi varian COVID-19 di seluruh dunia, negara Amerika Serikat siap membantu China. Hal ini dikatakan Menteri luar Negeri Antony Blinken, Kamis (22/12).

“Kami ingin melihat China mengendalikan wabah ini,” kata Blinken kepada awak media di Departemen Luar Negeri. “Kapanpun virus menyebar atau berpindah-pindah, ada kemungkinan varian baru (virus) berkembang, bahkan menyebar lagi,” katanya dikutip dari kantor berita Antara, Jumat (23/12).

Baca juga:  Pertengahan Juli, Disperindag Relokasi Pedagang di Pasar Amlapura Barat

Blinken mengatakan, AS memiliki “kepentingan yang jelas” di Beijing, termasuk kepentingan ekonomi, dan siap menyediakan China bantuan kesehatan apa pun yang mereka butuhkan. Namun, Beijing belum meminta bantuan apa pun. “Seperti yang Anda ketahui bahwa kami adalah donor vaksin terbesar, kami siap untuk terus mendukung orang-orang di seluruh dunia, termasuk di China, dengan ini dan dengan dukungan kesehatan COVID-19 lainnya,” katanya.

Baca juga:  Klaster Klub Malam di Itaewon, Seratusan Orang Terkonfirmasi Positif COVID-19

“China tidak disuruh untuk meminta bantuan itu. Tetapi sekali lagi, kami sepenuhnya siap memberikan bantuan kepada siapa pun yang meminta, jika menurut mereka bermanfaat,” katanya.

China mengalami, lonjakan drastis kasus COVID-19 ketika pihaknya langsung menyudahi kebijakan “nol COVID-19”, yang kerap menghentikan ekonomi negara karena pembatasan ketat terhadap mobilitas masyarakat.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu mengaku sangat prihatin dengan situasi yang berkembang di China, dengan meningkatnya laporan penyakit parah. “Guna melakukan penilaian risiko komprehensif tentang situasi di lapangan, WHO membutuhkan informasi lebih rinci mengenai tingkat keparahan penyakit, rawat inap, dan keperluan pendukung ICU,” katanya, merujuk pada unit layanan intensif.

Baca juga:  Bertemu Biden di Glasgow, Empat Hal Ini Dibahas Jokowi

“WHO mendukung China untuk berfokus pada upayanya memvaksinasi orang-orang yang paling berisiko di seluruh negeri dan kami terus memberikan dukungan untuk pelayanan klinis dan melindungi sistem kesehatan mereka,” katanya. (Kmb/Balipost)

 

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *