Warga Desa Munggu menggelar Mekotek, Sabtu (29/2/2020). (BP/Dokumen)

DENPASAR, BALIPOST.com – Masyarakat Hindu kini tengah merayakan Hari Raya Galungan dan Kuningan, tepatnya pada 4 Januari 2023 dan 14 Januari 2023. Dalam merayakan hari raya ini, masing-masing daerah di Bali memiliki tradisi yang berbeda-beda.

Berikut lima tradisi unik di Bali selama Hari Raya Galungan dan Kuningan yang dilansir dari berbagai sumber:

1. Perang Jempana

Perang Jempana merupakan tradisi yang dilakukan masyarakat Banjar Panti Timah, Desa Paksebali, Klungkung. Tradisi ini telah dilakukan secara turun temurun dan telah ada sejak tahun 1500. Perang Jempana biasanya dilakukan setiap 210 hari, tepatnya pada Saniscara Kliwon Kuningan.

Baca juga:  Serahkan Santunan ke Istri Co-Pilot Wayan Sugiarta, Jasa Raharja Sambangi Keluarga di RS

Puncak tradisi ini adalah Ngambeng Jempana, yaitu atraksi saling dorong antar warga yang membawa jempana sambil diiringi gemalan.

2. Gerebeg Mekotek

Gerebeg Mekotek merupakan tradisi tolak bala di Desa Adat Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Tabanan. Tradisi ini dilakukan setiap 210 hari sekali, tepatnya pada Hari Raya Kuningan.

Tradisi ini dulunya dijadikan sebagai acara penyambutan pasukan Kerajaan Mengwi yang menang perang melawan Kerajaan Blambangan. Namun, pada masa kolonial Belanda, yaitu pada tahun 1915, tradisi ini sempat dihentikan karena takut akan terjadi pemberontakan.

3. Nampah Kebo

Baca juga:  Jelang Galkun, Dua Komoditas Ini Perlu Diwaspadai Jadi Penyumbang Inflasi

Jika di daerah lain biasanya masyarakat melakukan tradisi potong babi, lain halnya dengan masyarakat di Desa Adat Asahduren, Kecamatan Pekutatan, yang melakukan tradisi potong kerbau atau nampah kebo.
Tradisi ini dilakukan secara turun temurun hingga sampai saat ini. Daging yang dipotong kemudian dibagikan kepada warga untuk digunakan sebagai sarana upacara dan untuk dikonsumsi.

4. Mejerimpen

Tradisi Mejimpren berlangsung di Desa Pedawa, Kabupaten Buleleng, yang diadakan setiap Hari Raya Galungan, tepatnya pada sore hari. Tradisi ini menggunakan sarana upacara atau banten utama berupa jerimpen.

Upacara ini dilakukan di dalam rumah atau balai tempat tidur, bukan di sanggah atau tempat suci keluarga. Pempimpin upacara ini pun bukan pendeta, melainkan anggota keluarga yang dituakan atau dianggap paling tua di rumah.

Baca juga:  Timnas U-23, Tradisi dan Tuhan

5. Mesuryak

Mesuryak merupakan sebuah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di Kabupaten Tabanan, yang dilaksanakan setelah Hari Raya Galungan. Tradisi ini diawali dengan persembahyangan bersama, kemudian dilanjutkan dengan membawa sesaji ke pintu gerbang rumah.

Uang persembahan tersebut kemudian dilemparkan ke atas dan disambut sorakan dari penduduk desa.

Tujuannya adalah untuk mengirim arwah leluhur kembali ke surga secara gembira. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *