Suasana akses ke Pelabuhan Sanur di Jalan Matahari Terbit. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Rampungnya pembangunan Pelabuhan Sanur pada November 2022, telah memberikan dampak signifikan terhadap alur penyeberangan menuju Nusa Penida dan pulau-pulau kecil lainnya di kawasan itu. Namun, dampak dari beroperasinya Pelabuhan Sanur, arus lalu lintas di kawasan tersebut kerap macet.

Kondisi ini, terutama di Jalan Matahari Terbit yang menjadi akses masuk menuju pelabuhan. Akibatnya, simpang tiga di Jalan Matahari Terbit dan Jalan By-Pass I Gusti Ngurah Rai sering menjadi krodit.

Kondisi ini pun disadari penuh oleh jajaran Dinas Perhubungan (Dishub) Denpasar. Pihaknya telah memiliki beberapa alternatif dalam mengatasi persoalan lalin di kawasan itu.

Baca juga:  Sepekan Terakhir, Jumlah Kasus Aktif Covid-19 Terus Turun

Kepala Dinas Perhubungan Kota Denpasar, I Ketut Sriawan yang dihubungi, Selasa (10/1) mengatakan sebelum pembangunan Pelabuhan Sanur dilakukan, pihaknya sudah melakukan kajian terhadap dampak lalu lintas di kawasan itu. Kajian terhadap dampak arus lalu lintas memerlukan keterlibatan pihak-pihak terkait lainnya, seperti pemerintah provinsi, pemerintah pusat melalui PUPR ataupun Balai Wilayah Sungai (BWS) Bali-Penida.

Sriawan mengatakan, dalam mengatasi dampak kekroditan arus lalin di pintu masuk Jalan Matahari Terbit, memang diakui harus dilakukan beberapa solusi. Beberapa solusi yang merupakan hasil kajian lalu lintas dari Dishub Denpasar, yakni membuka jalur lain untuk arus keluar.

Baca juga:  Berbagai Negara Alami Lonjakan Kasus COVID-19, Presiden Minta Kunjungan Jadi Perhatian

Selama ini, arus keluar dan masuk masih menjadi satu. Bukan hanya itu, jalan tersebut bukan saja untuk pengguna pelabuhan yang akan melakukan penyebrangan, namun juga untuk kegiatan warga yang melakukan kegiatan keagamaan.

Belum lagi, warga yang berwisata ke Pantai Sanur juga banyak yang melalui jalur tersebut. Karena itu, ada beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk mengurai kekroditan arus lalin di kawasan tersebut.

Pada alternatif pertama, membuka alur keluar di depan dermaga menuju Jalan Bypass Ngurah Rai. Kemudian pada alternatif kedua, membuka jalan baru menuju arah utara di pinggir pantai keluar di Padanggalak.

Baca juga:  Berkunjung ke Tanah Suci Umat Buddha di Tiongkok

Selain itu, ada pula alternatif ketiga, yakni membuka akses keluar tembus ke Jalan Prof.Mantra. Untuk merealisasikan alternatif-alternatif ini, perlu koordinasi lintas sektoral dan koordinasi dengan pemerintah provinsi dan pusat.

Saat ini, dalam upaya jangka pendek, pihaknya sudah menempatkan beberapa personil untuk kelancaran arus lalin keluar masuk menuju pelabuhan. Penempatan personil ini bukan saja di sekitar lokasi pelabuhan, namun juga sampai di simpang Padanggalak serta simpang Hang Tuah. “Ini yang kami lakukan masih bersifat jangka pendek. Untuk jangka panjangnya memang perlu koordinasi lintas sektoral termasuk dengan desa adat,” katanya. (Asmara Putera/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *