Ngurah Weda Sahadewa. (BP/Istimewa)

Oleh Sahadewa

Banyak yang telah meramalkan tahun 2023. Namun, tulisan ini bukan ramalan melainkan analisis. Analisis diartikan dalam konteks dan aktualitas adalah keterbukaan ilmiah untuk mempertunjukkan kebenaran dan dasar-dasar kebenaran dalam mengutamakan kebenaran analisis itu. Ini pertanda penting bahwa dijadikan sebagai catatan dalam mengukur kebenaran yang akan dicapai terutama dalam tahun 2023 mendatang. Ini tentu bukan resolusi melainkan sebuah kekuatan penting dalam menyikapi secara lebih berhati-hati terutama dalam konstelasi bernegara dan bermasyarakat.

Kebenaran yang tertinggi tentu dapat diprediksi sulit dicapai oleh karena itu dalam konteks dan aktualitas tulisan ini lebih menunjukkan analisis terkoordinasi antar kekuatan di dalam penyelenggaraan bermasyarakat dan bernegara itu. Pada dasarnya tidak dapat diukur dengan absolut ataupun mutlak namun terdapat satu tren penting untuk konstelasi tulisan ini yaitu kebenaran. Namun bukan sesuatu yang dipertentangkan. Tahun 2023, sebuah tahun transisi terutama secara politis. Karena 2024 direncanakan pemilu. Namun tulisan ini tidak mengarah ke sana melainkan ke dalam dua pokok soal. Perkara ada imbas ataupun dampak ke sana itu bagian yang berbeda dari tujuan tulisan ini yaitu pertama tidak menjebakkan diri kepada kondisi dan konstelasi perpolitikan yang semu. Kedua, menemukan benang merah kesuksesan yang mungkin di tahun 2023.

Baca juga:  Etika Politik dan Risiko Pilkada

Dari dua pokok soal di atas maka sebetulnya dapat diuraikan secara lebih mendalam bahwa tidak dapat dihindari persoalan perpolitikan nasional ataupun daerah. Akan tetapi, sebagai masyarakat yang semakin dewasa pasti mampu untuk membedakan dan memilahkan secara lebih berkebenaran dan berkebijaksanaan. Salah satu persolan dari dua persoalan di atas sebagai pokok soal itu adalah kesejahteraan. Sebagai pokok soal dari bagian pokok soal yang utama yaitu tidak menjebakkan diri kepada kondisi dan konstelasi perpolitikan semu. Perpolitikan semu berarti tidak memperhatikan kesejahteraan hanya kemenangan.

Perpolitikan semu ditinggalkan kemudian dialihkan kepada kesejahteraan. Tidak berarti bahwa politik diabaikan melainkan ditingkatkan kerjasamanya dengan ekonomi. Ini berarti bahwa ekonomi dan politik tidak berdiri sendiri melainkan bersama. Bersama untuk mencapai kesejahteraan itu. Itulah tahun 2023. Itu tidak berarti tidak menggandeng keutamaan bidang lain. Karena inti dari persoalan umat manusia adalah menggabungkan berbagai dimensi secara berkebijaksanaan agar tercapai analisis yang didasarkan atas kekritisan. Oleh karena itu keutamaan dalam berpikir kritis adalah mampu kelak untuk menjadi bijaksana bukan sebaliknya.

Baca juga:  Tampil di PKB XLV Tahun 2023, Pemkab Badung Berikan Penghargaan Seni

Kebenaran dalam tahun 2023 adalah pertama, tidak menunjukkan arogansi sektoral dalam menuntaskan persoalan. Kedua, menuntun kemasyarakatan dalam konstelasi masyarakat yang mampu untuk berkemandirian lebih dalam lagi dan inilah sebenarnya kunci untuk menunjukkan kedewasaan masyarakat yang terdukung oleh sistem kenegaraan dan pemerintahan. Ketentuan dan keputusan dalam tahun 2023 sepatutnya tidak terburu-buru melainkan ke arah berketepatan yang berkesempatan lebih luas dan lebar dalam tahun 2023. Mengingat dan menimbang bahwa kemerdekaan dalam berkesempatan mesti diupayakan. Inilah tahun yang penuh dengan kemugkinan maka isilah kemungkinan itu dengan memperluas kesempatan. Kesempatan bagi rakyat. Rakyat adalah kekuatan untuk memakmurkan bangsanya sendiri dulu sembari mampu untuk berkontribusi kepada bangsa-bangsa lain.

2023 dicirikan dengan pentahapan ke arah menuju pelepasan. Pelepasan dari pengaruh yang negatif. Negatif diartikan sebagai bentuk nyata yang mampu menjadikan penurunan kualitas hidup manusia di dunia ini. Termasuk pengaruh negatif dari pandemi Covid-19. Penurunan kualitas hidup misalnya terjadi dengan tanda-tanda tidak ada produksi namun yang lebih penting lagi adalah adanya produksi yang berkualitas tinggi. Ini ditandai dengan adanya kemauan untuk berbuat yang terbaik bagi diri dan orang lain. Bukan sebatas kemampuan memengaruhi tanpa mengerti bahwa yang dijadikan bahan pengaruh justru sebetulnya mengarahkan diri manusia ke lembah fanatisme buta. Bukan kepada pencerdasan yang bertoleransi tinggi untuk memanusiakan diri.

Baca juga:  Terapkan "3B" di Kawasan Suci

Kedatangan tahun 2023 ini bukan sebagai bentuk tahun biasa karena sebagai peralihan ke arah perubahan yang sesungguhnya untuk membuktikan di tahun 2024 Indonesia dapat semakin matang dalam bernegara. Konteks kenegaraan dengan dasar bahwa kenegaraan tersebut dimaksudkan sebagai sarana untuk memberikan rasa aman, tenteram, dan bahkan nyaman bagi segenap rakyat untuk hidup dalam kebersamaan menuju kehidupan yang sungguh-sungguh berkesejahteraan secara nyata. Setiap kebutuhan mendasar bagi masyarakat dapat dipenuhi. Seterusnya mampu dijadikan sebagai bentuk kekuatan untuk menunjukkan bahwa kesejahteraan itu untuk seluruh rakyat bukan bagi sekelompok rakyat. Inilah peran kenegaraan dalam bentuk kepemerintahan yang mumpuni dalam menjaga harapan rakyat untuk terus semakin terbuktikan dapat menjadi nyata (the dreams become true). Tentu mimpi itupun mesti dipilah secara keilmiahan modern sebagai bentuk penghargaan atas perkembangan peradaban manusia sembari tidak melupakan kebijaksanaan lokal yang tidak kalah sarat keilmuannya.

Penulis, Dosen Fakultas Filsafat UGM

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *