Ilustrasi. (BP/Istimewa)

DENPASAR, BALIPOST.com – Eating disorder atau gangguan makan sering dikaitkan dengan keadaan dimana seseorang memuntahkan makanannya setelah makan. Namun, gangguan makan bukan sekadar itu, ada banyak jenis gangguan makan yang bisa dialami seseorang.

Gangguan makan merupakan serangkaian kondisi psikologis yang menyebabkan berkembangnya kebiasaan makan yang tidak sehat. Dilansir dari Healthline, berikut enam jenis gangguan makan yang umum terjadi.

Anorexia Nervosa

Anorexia nervosa merupakan gangguan makan yang paling terkenal dan biasanya dialami saat masa remaja. Orang dengan gangguan ini biasanya menganggap dirinya kelebihan berat badan, bahkan saat tubuh mereka kurus. Mereka cenderung terus menerus memantau berat badan, menghindari makanan jenis tertentu, dan membatasi asupan kalori.

Baca juga:  Jika Bali Tak Mau PSBB Seiring Terus Naiknya Jumlah Kasus COVID-19, Ini Satu-satunya Pilihan

Bulimia Nervosa

Seperti anorexia, bulimia cenderung dialami selama masa remaja dan dewasa awal. Orang dengan bulimia sering makan makanan dalam jumlah yang tidak biasa dalam jangka waktu tertentu. Mereka biasanya akan makan sampai kenyang dan memuntahkan makanan tersebut setelahnya.

Binge Eating Disorder

Orang dengan gangguan ini biasanya makan makanan dalam jumlah yang luar biasa besar dalam waktu yang relatif singkat, dan tidak terkendali selama makan. Mereka tidak membatasi kalori atau memuntahkan makanannya. Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi medis, seperti penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.

Baca juga:  ODGJ Ngamuk, Pukul Ortu dan Bawa Parang

Pica

Pica merupakan gangguan makan yang mengonsumsi hal-hal yang bukan makanan dan tidak memberikan nilai gizi. Mereka makan benda yang bukan makanan, seperti es, kotoran, tanah, kapur, sabun, kertas, rambut, dan masih banyak lagi. Gangguan ini paling sering terluhat pada orang dengan disabilitas intelektual, dan orang dengan kondisi kesehatan mental.

Rumination Disorder

Gangguan ini merupakan kondisi dimana seseorang memuntahkan makanan yang telah mereka kunyah dan telan sebelumnya, kemudian mengunyahnya kembali, dan kemudian menelannya kembali atau memuntahkannya. Gangguan ini dialami selama masa bayi, anak-anak, atau dewasa. Pada bayi, gangguan ini cenderung menghilang dengan sendirinya. Namun, anak-anak dan orang dewasa membutuhkan terapi untuk mengatasinya.

Baca juga:  Kasus Transmisi Lokal COVID-19 di Bali Kembali Bertambah, Warga di Wilayah Ini Terbanyak

ARFID (Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder)

Individu dengan gangguan ini mengalami gangguan makan karena tidak minat makan atau tidak suka dengan bau, rasa, warna, tekstur, atau suhu tertentu. Mereka cenderung menghindari atau membatasi asupan makan, bahkan tidak bisa makan bersama orang lain.

Jika kamu mengalami salah satu gangguan makan di atas, sebaiknya kamu segera mengatasinya dengan mendapatkan perawatan. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *