DENPASAR, BALIPOST.com – Dinas Pertanian Provinsi Bali mengklaim, produksi beras untuk memenuhi kebutuhan Bali cukup. Sementara kenaikan harga beras yang terjadi belakangan bukan karena stok yang menipis, melainkan Harga Pokok Produksi (HPP) yang naik seperti harga pupuk, harga pestisida, dan harga BBM yang mempengaruhi biaya distribusi produk dan bahan pertanian.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada ditemui di kantornya, Jumat (10/2) mengatakan, stok beras di Bali cukup apalagi ada stok gabah yang belum digiling. Total stok beras per hari ini dikatakan tersedia 89.736 ton. Stok ini dikatakan cukup untuk 2 bulan. Apalagi bulan Maret musim panen.
Stok beras tersebut tersebar di kabupaten/kota se-Bali. Stok tersebut diantaranya tersebar di Badung yaitu di penggilingan sebanyak 1 ton dan di gudang pedagang 2 ton sehingga totalnya 3 ton. Sedangkan di Klungkung yaitu di penggilingan sebanyak 2.263 ton dan di gudang 1 ton, totalnya 2.264 ton.
Di Karangasem ada 1 ton, di Jembrana ada 173,11 ton, di Buleleng ada 15 ton, di Gianyar ada 155 ton, di Tabanan ada 56 ton, di Bangli ada stok 10 ton beras dan Denpasar ada 45,5 ton. Dengan demikian total beras yang ada dan tersebar sebanyak 2.722,61 ton.
Sementara stok gabah di masing – masing kabupaten Badung ada 24 ton gabah, Jembrana 1.214 ton, Buleleng ada 97 ton, Gianyar tidak ada, Tabanan ada 68,5 ton, Denpasar ada 191 ton. Sehingga total gabah Bali 1.594,5 ton gabah.
Berdasarkan hasil panen pada Januari mencapai 7,630 ha dan pada Februari 6,620 ha. Sedangkan prediksi panen pada Maret sekitar 12 ha. Jika dikonversi ke gabah, pada Januari 2023 menghasilkan 45.650 ton sedangkan pada Februari 2023 sebanyak 39.930 ton. Jika dikonversi ke beras, pada Januari produksi beras mencapai 28.582 ton sedangkan pada Februari 25.000 ton.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali, I Wayan Sunada, ditemui di kantornya, Jumat (10/2) mengatakan, kini kenaikan harga beras terjadi karena Harga Pokok Produksi (HPP) naik. Kenaikan HPP karena harga pupuk naik dan pestisida naik.
Pada 2023, harga pupuk organik Rp600 per kg yang mana sebelumnya Rp500 per kg. Sementara pupuk bersubsidi harganya Rp2.250 per kg dan non subsidi Rp18.000 per kg. Selain itu, distribusi yang menggunakan transportasi juga naik dengan kenaikan harga BBM, sehingga HPP gabah naik.
Harga beras di pasaran diakui saat ini lebih tinggi dari harga eceran tertinggi (HET) beras yaitu Rp12.200 per kg untuk jenis beras medium super di tingkat penggilingan, sedangkan HET beras medium di Bali dan NTB berdasarkan Permendag 57/2017 adalah Rp9.450 per kg untuk jenis medium dan Rp12.800 untuk jenis beras premium. “Nanti kita bicarakan soal perlunya kenaikan HET ini karena HPP naik,” ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, tahun 2021, produksi beras di Bali mencapai 349.038 ton dengan luas lahan 3.355 ha. Produksi ini meningkat dari tahun 2020 dan 2019.
Sementara Nilai Tukar Petani (NTP) terutama pada sub sektor tanaman pangan pada Januari 2023 mengalami penurunan dibandingkan Desember 2022 menjadi 94,37. Hal itu karena indeks yang diterima lebih kecil dari indek yang dibayar. Dengan demikian, petani belum mampu memenuhi kebutuhan usaha tani dan rumah tangganya karena indeksnya di bawah 100.
Sunada menambahkan, dalam rangka mendorong petani di Bali, Pemda telah membantu dalam bentuk subsidi pupuk, benih dan pengendalian hama. pemerintah juga menyubsidi Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) agar ketika mengalami gagal panen, dapat diganti. Tahun ini subsidi pupuk organik dari APBD sebesar Rp10 miliar dan subsidi pestisida belum ada. Tahun ini juga pemerintah pusat memberikan bantuan Pupuk Organik Cair (POC) untuk 70.996 ha lahan pertanian dan bantuan benih untuk 6.500 ha. (Citta Maya/balipost)