Petugas melakukan fogging. (BP/eka)

DENPASAR, BALIPOST.com – Maraknya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) akhir-akhir ini di Denpasar berdampak pada peningkatan permintaan fogging. Mesti tindakan fogging tidak efektif untuk mencegah kasus DBD.

Karena fogging ini hanya membunuh nyamuk besar. Karena itu, Dinas Kesehatan menyarankan salah satu upaya yang efektif mencegah DBD, yakni membrantas sarang nyamuk di sekitar rumah.

Meski demikian, Pemkot Denpasar melalui Dinas Kesehatan bersama Puskesmas I Denpasar Selatan dan para Jumantik tetap melakukan gerakan fogging yang disertai dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Seperti yang terlihat di Lingkungan Taman Suci, Kelurahan Sesetan, Denpasar Selatan, Jumat (10/2).

Wilayah Lingkungan Taman Suci di Kelurahan Sesetan ini dipilih sebagai fokus fogging dan PSN karena terjadi tren kenaikan kasus yang cukup signifikan, yakni sebanyak sembilan kasus DBD pada Januari.

Baca juga:  DBD di Bali Alami Tren Kenaikan, Ini Kabupaten Tertinggi Kasusnya

Lurah  Sesetan, Putu Wisnu Wardana juga menekankan untuk pentingnya kesadaran masyarakat dalam ikut mencegah DBD. “Kami mengimbau ke masyarakat khususnya di wilayah Sesetan untuk senantiasa menjaga kebersihan lingkunganya dengan aktif melakukan kegiatan 3M plus seperti menguras/membersihkan tempat yang digunakan sebagai penampungan air menutup rapat tempat penyimpanan air dan mendaur ulang barang-barang yang sekiranya menjadi sarang nyamuk, menaburkan bubuk abate, serta dengan aktif sebagai Jumantik mandiri guna mencegah perkembangbiakan nyamuk penyebab demam berdarah,” katanya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar, dr. Anak Agung Ayu Candrawati mengatakan, kasus DBD di Kota Denpasar mengalami peningkatan sejak Desember 2022. Pada November hanya ada 58 kasus dan Desember meningkat menjadi 201 kasus. Kemudian di bulan Januari 2023 terdapat 291 kasus.

Baca juga:  Pancaroba, DBD Mulai Menjangkiti Warga Badung

“Jika dilihat dari tren per bulan tahun 2022, memang ada lonjakan kasus pada Desember 2022. Januari ada peningkatan kasus yang signifikan,” katanya.

Adanya peningkatan kasus ini menurutnya disebabkan oleh cuaca yang tidak menentu, kadang hujan dan kadang panas. Hal ini menyebabkan banyak air tergenang di tempat penampungan dan menjadi habitat perkembangbiakan nyamuk. “Penularannya sangat cepat, misal ada kasus dan darah penderita dihisap nyamuk penyebab DBD maka akan cepat menular,” jelasnya.

Terkait langkah antisipasi penyebaran DBD ini diperlukan peran serta masyarakat. Karena pencegahan DBD tak akan bisa dilakukan apabila hanya dengan mengandalkan fogging.

Baca juga:  Dari Gede Sumantara Berpulang hingga Wisdom Masuk Bali dari Gilimanuk Mulai Naik

Ayu Candrawati menambahkan, terkait dengan pelaksanaan fogging, ada beberapa hal atau persyaratan yang harus terpenuhi. Sehingga tak bisa dilakukan setiap saat apalagi ada dampak serius yang ditimbulkan terhadap kesehatan.

Syarat untuk bisa dilakukan fogging fokus yakni ada tiga kasus dalam radius 100 meter persegi. Atau ada demam dengan penyebab tidak jelas dan saat pemeriksaan jentik ditemukan ada 20 jentik di kawasan tersebut. “Karena fogging ini hanya membunuh nyamuk dewasa saja, kalau masih ada jentik nanti akan tumbuh jadi nyamuk dewasa lagi, sehingga tidak mungkin fogging terus-terusan,” katanya. (Asmara Putera/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *