Prof. Dr. I Ketut Suda, M.Si., (BP/kmb)

DENPASAR, BALIPOST.com – Setiap 14 Februari dirayakan sebagai kasih sayang atau Valentine Day. Namun, Bali memiliki perayaan hari kasih sayang tersendiri yang dirayakan setiap Rahina Tumpek Krulut.

Pasalnya, Gubernur Bali Wayan Koster telah meluncurkan dan meresmikan Rahina Tumpek Krulut sebagai Tresna Asih/Kasih Sayang Dresta Bali. Ini sesuai dengan Surat Edaran Gubernur Bali Nomor 04 Tahun 2022 tentang Tata-Titi Kehidupan Masyarakat Bali berdasarkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi dalam Bali Era Baru, dan Pemerintah Provinsi Bali menginisiasi Perayaan Tumpek Krulut dengan Upacara Jana Kerthi melalui Instruksi Gubernur Bali Nomor 08 Tahun 2022. Sebab, nilai-nilai adiluhung Sad Kerthi perlu dipahami, dihayati, diterapkan, dan dilaksanakan secara menyeluruh, konsisten, berkelanjutan dengan tertib, disiplin, dan penuh rasa tanggung jawab oleh seluruh masyarakat Bali secara niskala dan sekala.

Akademisi Universitas Hindu Indonesia (Unhi) Denpasar, Prof. Dr. I Ketut Suda, M.Si., mengatakan saat ini generasi muda Indonesia, termasuk generasi muda Bali cenderung menjadikan budaya barat sebagai pusat orientasi dan keteladanan. Sehingga, apapun yang dilakukan oleh masyarakat dunia barat dianggap sesuatu yang luar biasa.

Sehingga, mengabaikan apa yang kita miliki di Bali sebagai sesuatu kearifan lokal yang adiluhung. Meskipun demikian, dengan adanya lembaga pendidikan tinggi berbasis agama Hindu dan budaya Bali, seperti Unhi Denpasar, UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, dan lainnya generasi muda Bali tidak terpengaruh sepenuhnya oleh budaya barat.

Baca juga:  Gubernur Koster Ajak Krama Bali Rayakan Tumpek Krulut

Apalagi, di bawah kepemimpinan Gubernur Koster nilai-nilai kearifan lokal Bali yang adiluhung dipertegas dengan berbagai kebijakan. Seperti halnya perayaan Hari Tumpek Krulut sebagai kasih sayang. Sebab, perayaan Hari Tumpek Krulut telah diresmikan sebagai Tresna Asih/Kasih Sayang Dresta Bali. Sehingga, setiap 6 bulan sekali generasi muda Bali merayakan Hari Tumpek Krulut sebagai hari kasih kasih.

Menurut Prof. Suda, konsep perayaan Valentine Day dunia barat dengan Hari Tumpek Krulut di Bali berbeda. Tumpek Krulut yang diindentikkan dengan hari kasih sayang di Bali berbasis nilai kearifan sosial yang merujuk pada nilai-nilai sosial dan kolektivisme.

Sedangkan, konsep kasih sayang dunia barat basisnya individualisme. “Perayaan Tumpek Krulut merupakan bentuk ungkapan rasa sayang kepada siapa saja, bermanfaat bagi kehidupan umat manusia. Sehingga tepat langkah Bapak Gubernur Bali, Wayan Koster meresmikan Rahina Tumpek Krulut sebagai perayaan hari tresna asih atau hari kasih sayang yang dirayakan setiap 6 bulan sekali di Bali,” ujar Prof. Suda dalam Dialog Merah Putih Bali Era Baru Memaknai Hari Suci Tumpek Krulut “Hari Kasih Sayang ala Bali” di Warung Coffee 63A Denpasar, Rabu (15/2).

Baca juga:  Valentine Tak Mesti Dirayakan

Akademisi UHN I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar, Dr. I Made Adi Surya Pradnya, S.Ag., M.Fil.H., mengatakan kebijakan Gubernur Koster menetapkan Hari Tumpek Krulut sebagai Tresna Asih/Kasih Sayang Dresta Bali karena pada Hari Tumpek ini sebagai bentuk rasa syukur dan cinta kasih kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena telah diberikan kreativitas dan inovasi. apalagi, cinta kasih pada Tumpek Krulut mengandung filosofi yang lebih bermakna dibandingkan cinta kasih pada Valentine Day.

Karena, cinta kasih pada Perayaan Tumpek Krulut tidak saja kepada pasangan, tetapi kepada diri sendiri, orang lain, dan kepada semua makhluh hidup yang ada di sekitar. “Yang diajarkan dalam Tumpek Krukut ini bagaimana kita mencintai diri kita sendiri dari dalam, sehingga kita tulus memberikan cinta dan kasih sayang kepada pasangan, orangtua, orang di sekitar dan makhluk hidup lainnya,” tandas Adi Surya Pradnya.

Baca juga:  52 Tapakan Ratu Gde Ikuti Prosesi Katuran di Pura Natar Sari Apuan

Akademisi/Paruman Walaka PHDI Provinsi Bali, I Ketut Wartayasa, S.Ag., M.Ag., mengatakan bahwa masyarakat Hindu Bali maupun di luar Bali sejatinya telah merayakan Hari Tumpek Krukut sejak zaman dulu. Namun, di era kepemimpinan Gubernur Koster lebih diperdalam kajian-kajiannya.

Bahkan, penerapannya semakin dimasifkan di tengah masyarakat Bali. Hal ini pun disambut baik oleh akademisi maupun Paruman Walaka PHDI Provinsi Bali. Pasalnya, krulut berasal dari “lulut” yang artinya jalinan, senang, dan tresna asih. Sehingga, sangat tepat Hari Tumpek Krulut ditetapkan sebagai Tresna Asih/Kasih Sayang Dresta Bali oleh Gubernur Koster.

Menurutnya, cinta kasih dalam kaitannya dengan Tumpek Krulut adalah menumbuhkan cinta universal, bahwa semua adalah saudara yang harus disayangi. “Vasudewa kuthumbakam semua adalah saudara. Jadi upaya Gubernur Koster dengan mengaitkan dan menguatkan hari suci ke dalam bentuk nyata kepada alam dan lingkungan adalah hal yang sangat positif untuk menambah makna dari ritual hari suci itu sendiri untuk pemuliaan dengan dasar cinta kasih sebagai kesadaran sebagai makhluk Tuhan. “Mari kita bumikan Tumpek Krulut ini sebagai Hari Tresna Asih/Kasih Sayang Dresta Bali,” pungkasnya. (Winatha/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *