Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril. (BP/Antara)

JAKARTA, BALIPOST.com – Kementerian Kesehatan RI sedang mewaspadai ragam penyakit selain COVID-19, yang muncul di masa transisi dari pandemi menuju endemi di Indonesia. Hal ini disampaikan Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril dalam Workshop Transisi dari Pandemi ke Endemi, dikutip dari Kantor Berita Antara, Jumat (17/2).

Ia mengatakan ada penyakit yang perlu diwaspadai selain varian baru COVID-19 maupun long COVID yang kini dialami sekitar 30 persen populasi penyintas di Indonesia. Penyakit yang dimaksud salah satunya Polio yang kini berstatus Kejadian Luar Biasa (KLB) di Pidie Aceh, meski Indonesia sempat melepas status itu sejak 2014.

Kemenkes pada November 2022 mengumumkan satu kasus Polio yang dialami anak berusia 7 tahun 2 bulan di Kabupaten Pidie. Dari hasil tes, anak itu mengidap Virus Polio Tipe 2 dan Sabin Tipe 3.

Baca juga:  Pengelola Objek Wisata Taman Soekesada Ujung Kesulitan Biaya Operasional

Menurut laman resmi Infeksi Emerging Kementerian Kesehatan RI, hingga saat ini tidak ada obat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan polio.

Namun, perawatan kepada pengidapnya dapat tetap dilakukan untuk meringankan gejala. Salah satu perawatan yang dapat dilakukan adalah terapi fisik yang dapat bermanfaat untuk merangsang otot.

Berikutnya adalah penyakit Campak yang dilaporkan dari 12 provinsi berstatus KLB, yakni Aceh, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Utara, Jambi, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Utara, NTT, dan Papua. Jumlah kasus yang dilaporkan sebanyak 3.341 pasien.

Baca juga:  Ratusan Naker Migran dari Yunani Tiba

“Waspadai juga penyakit menular dan tidak menular lainnya, terutama ginjal akut yang masih kami teruskan penanganannya,” katanya.

Kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada tahun ini dilaporkan dari DKI Jakarta sebanyak dua kasus. Satu di antaranya meninggal dan sisanya berstatus suspek dan telah sembuh.

Dengan dilaporkannya tambahan kasus baru GGAPA, hingga 5 Februari 2023 tercatat 326 kasus GGAPA dan satu suspek yang tersebar di 27 provinsi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 116 kasus dinyatakan sembuh.

Penyakit terakhir yang perlu diwaspadai adalah tren peningkatan laju kasus diabetes melitus pada anak di Indonesia. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan jumlah penderita hingga Januari 2023 mencapai 1.645 pasien.

Baca juga:  Bertambah Puluhan Korban Jiwa COVID-19, Mayoritasnya Masih Pria

Kasus diabetes melitus tipe 1 pada anak meningkat sebanyak 70 kali lipat sepanjang periode 2010 hingga 2023 dengan mengacu laporan dari 13 kota di Indonesia.

Diabetes pada dasarnya dibagi menjadi dua jenis, yaitu diabetes tipe 1 dan 2. Pada kasus diabetes tipe 1, tubuh anak tak bisa lagi memproduksi hormon insulin yang berguna mengontrol kadar gula dalam darah.

Sementara itu, diabetes 2 merupakan kondisi yang lebih kronis, di mana metabolisme dan proses mengubah gula menjadi energi menjadi terganggu. (kmb/balipost)

BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *