Oleh Dewa Gde Satrya
Hari Pers Nasional (HPN). Tema HPN 2023 mengambil “Pers Merdeka, Demokrasi Bermartabat”. Dalam konteks pariwisata, kehadiran pers berperan nyata bagi pertumbuhan industri pariwisata di berbagai daerah di Indonesia.
Mantan Menteri Pariwisata, Jero Wacik, empat belas tahun lalu pernah mengeluhkan kekhawatirannya terhadap pemberitaan media asing yang mengabarkan kerusuhan di dalam negeri sehingga membentuk citra buruk Indonesia di mata wisatawan. Harapan itu sekiranya menjangkau media massa dalam negeri, dengan memberikan stimuli melalui pemberitaan yang positif bagi wisatawan domestik untuk melakukan perjalanan wisata dan pembelajaan sebagai bagian dari wisata di negeri sendiri.
Namun, untuk ‘menjinakkan’ media massa asing, yang dalam hal ini amat berperan membangun image dan reputasi pariwisata Indonesia di luar negeri, dibutuhkan strategi dan trik khusus. Lebih-lebih untuk ‘memenangkan hati’ mereka supaya memberitakan hal positif kita. Dalam pemasaran pariwisata, dikenal alat promosi melalui familiarization trip. Jika road show merupakan promosi kita ke luar daerah atau negara, maka fam trip merupakan promosi di dalam negeri dengan mendatangkan potential market dari negara yang ditargetkan.
Potential market yang dimaksud secara garis besar
ada 2: media massa dan tour operator asing. Meski
saat ini social media juga harus diperhitungkan dan
diperhatikan. Untuk kategori tour operator tidak
sembarangan orang dan agent yang diundang, tetapi
decision maker pada tour operator terbesarlah yang
wajib dihadirkan pada acara fam trip.
Tindak lanjut dari fam trip adalah, jika tour operator asing menjual daerah atau negara kita sebagai paket baru dalam bisnis mereka, maka media massa asing memublikasikan hasil perjalanan wisata (fam trip) di negara kita pada khalayak warga negara mereka. Jika orang kunci dalam tour operator merasakan langsung perjalanan wisata di negara kita sehingga berkesan dan mau menjual kepada warga negaranya, maka khalayak media menampilkannya lebih massal melalui tayangan
televisi, koran atau internet.
Sekurangnya, media massa memiliki 4 peranan. Pertama, menyiarkan informasi (to inform), kedua,
mendidik (to educate), ketiga, menghibur (to entertain), dan keempat, memengaruhi (to influence). Dalam konteks kepariwisataan, media massa berperan untuk menyiarkan informasi, mendidik, dan memengaruhi. Terkait dengan itu, media massa sebenarnya memberikan stimuli kepada setiap warga negara untuk mendapatkan hak berwisata.
Sapta Pesona Wisata
Di dalam egeri, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 ayat 1 butir a UU 10/2009 tentang Kepariwisataan, bahwa setiap orang berhak memperoleh kesempatan
memenuhi kebutuhan wisata. Pasal 3 menyatakan, kepariwisataan berfungsi memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan intelektual setiap wisatawan dengan rekreasi dan perjalanan serta meningkatkan pendapatan negara untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Artinya, akurasi informasi dan keluasan pengetahuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan berwisata perlu difasilitasi oleh pihak terkait, dalam hal ini terkait dengan fungsi media menyiarkan informasi.
Fungsi media mengedukasi sekaligus memengaruhi masyarakat di bidang pariwisata erat kaitannya dengan implementasi nilai Sapta Pesona Wisata, yakni sebuah
konsep tata nilai yang dilahirkan dan dipopulerkan
Mantan Menparpostel era orde baru Soesilo Soedarman (1988–1993) yang menjadi inti pembangunan
kepariwisataan di ranah faktor manusia.
Uraian Sapta Pesona adalah, pertama, aman. Menggambarkan suatu kondisi lingkungan destinasi wisata yang memberi rasa tenang, bebas dari rasa takut dan kecemasan wisatawan. Kedua, tertib. Mencerminkan destinasi yang meniscayakan sikap disiplin, teratur dan profesional sehingga memberi kenyamanan kunjungan wisatawan.
Ketiga, bersih. Menggambarkan layanan destinasi yang mencerminkan keadaan bersih dan sehat hingga memberi rasa nyaman bagi kunjungan wisatawan. Keempat, sejuk. Destinasi wisata yang sejuk dan teduh akan memberikan perasaan nyaman dan betah bagi kunjungan wisatawan. Kelima, indah. Destinasi wisata yang mencerminkan keadaan indah menarik yang memberi rasa kagum dan kesan mendalam kepada wisatawan.
Keenam, ramah tamah. Merupakan sikap masyarakat yang mencerminkan suasana akrab, terbuka dan menerima sehingga wisatawan betah atas kunjungannya. Ketujuh, kenangan. Kesan pengalaman di suatu destinasi wisata akan menyenangkan wisatawan
dan membekas kenangan yang indah sehingga mendorong pasar kunjungan wisata ulang. Saatnya
pula memanfaatkan momentum wisata lebaran
ini dengan menyajikan makanan / minuman khas
yang unik, bersih dan sehat, serta menyediakan
cendera mata yang menarik.
Penulis, Dosen Hotel & Tourism Business, Fakultas Pariwisata, Universitas Ciputra Surabaya