Suasana nyepi adat di Bugbug, Karangasem. (BP/Istimewa)

 

AMLAPURA, BALIPOST.com – Pelaksanaan Nyepi di Desa Adat Bugbug, Karangasem, dalam satu tahun dilakukan sebanyak dua kali. Selain Nyepi pada umum di Bali dalam menyambut Tahun Baru Çaka, di sana juga dilaksanakan Nyepi Adat, yang berlangsung, Selasa (21/2).

Klian Desa Adat Bugbug, I Nyoman Purwa Ngurah Arsana mengungkapkan, Nyepi Adat di Desa Bugbug dilaksanakan setiap satu tahun sekali. Tepatnya pada panglong 13, 4 atau 15 sasih kawulu. Namun, Nyepi Adat tidak berlangsung selama satu hari penuh. “Dimulai pukul 06.00 sampai pukul 18.00,” ujarnya.

Baca juga:  Ini Objek Wisata di Karangasem yang Telah Kantongi Sertifikat New Normal

Purwa Ngurah Arsana mengatakan, kalau dalam Nyepi Adat itu, masyarakat tetap melaksanakan catur brata panyepian. Toko-toko maupun perkantoran di sana juga terpantau tutup saat dilaksanakan Nyepi Adat tersebut. Jelas dia, Nyepi Adat ini merupakan rangkaian dari Aci Manda yakni Piodalan Sanghyang Aji Raja Purana. Aci tersebut dilaksanakan sehari sebelum Nyepi Adat.

“Aci Manda merupakan ritual nedunang (menurunkan) dan mengupacarai Sanghyang Aji Raja Purana, penguasa prasasti pingit Desa Adat Bugbug. Dalam pelaksanaan tradisi Manda ini diartikan pula sebagai pengewajantahan semua ritual atau upacara yang ada di Desa Adat Bugbug,” katanya Purwa sembari menyatakan, apabila ada krama yang melanggar, maka akan dikenakan denda.

Baca juga:  Desa Adat Tegenan Gelar Bulan Bahasa dengan Sejumlah Lomba

Dalam prosesi Aci Manda, lanjut Purwa, para pemangku, Daha Truna Desa, truna-truni Banjar Adat, ancangan desa, penglingsir desa adat, para prajuru serta krama Desa Adat Bugbug bersama-sama mengelilingi Desa. Saat itu, Truna Desa membawa sesurakan yang terbuat dari pohon enau diisi janur yang diukir sedemikian rupa.

“Dalam prosesi Manda ini, para Daha dan Truna akan berbaris dan berjalan dari depan Pura Puseh menuju arah selatan melewati Pura Bale Agung sampai Banjar Adat Sega. Kemudian ke arah utara dan terakhir mengelilingi Pura Bale Agung sebanyak tiga kali. Kemudian barulah dilaksanakan persembahyangan bersama di Pura Bale Agung yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada generasi muda akan tapal batas dan kekayaan sumber alam yang dimiliki. (Eka Parananda/balipost)

Baca juga:  Banjar Jabapura Gelar Metatah Massal
BAGIKAN

TINGGALKAN BALASAN

Please enter your comment!
Please enter your name here

CAPCHA *