DENPASAR, BALIPOST.com – Pandemi Covid-19 tidak hanya membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat. Ada juga yang berhasil memanfaatkan momen dengan membangun usaha di saat pandemi. Seperti Putu Ayang Paramartha Putra (29), owner dari Babi Guling Golden.
Pria yang akrab disapa Ayang ini cukup lama bekerja di luar negeri. Ia terpaksa kembali ke Bali karena alasan pandemi Covid-19. Namun di Bali pun ia sulit mendapatkan pekerjaan saat itu.
Dengan kemampuan yang dimiliki serta hobi yang sama dengan ibunya, Ayang merintis usaha kecil–kecilan di Jalan Badak Agung Utara, Denpasar dengan membuka warung makan nasi babi guling.
“Karena pandemi, saya tidak dapat pekerjaan di Bali, lalu saya membuka usaha ini. Kemudian joinan dengan dua orang teman. Jadi pemiliknya bertiga,” ungkapnya ditemui di Kasanga Festival, belum lama ini.
Namun usaha babi gulingnya tak sekedar ikut-ikutan tren. Ia berinovasi dengan memadukan edible gold leaf dengan babi guling. “Mengingat kulit jumbo sudah lumrah, ada di mana-mana, maka dari itu membuat kulit yang berbeda yaitu melapisi dengan emas,” jelasnya.
Konsumen yang pada awalnya ragu, akhirnya menjadi penasaran dan banyak yang menyukai.Sejak 2021 sampai sekarang, progress usahanya cukup baik. Di hari pertama Kasanga Festival, babi guling Golden merupakan stand yang paling pertama sold out.
Tidak hanya menawarkan nasi babi guling, ia juga menerima orderan babi guling utuh untuk upakara, mulai dari ukuran 20 kg hingga 120 kg. “Semakin besar ukuran babi, semakin crispy kulitnya,” ujarnya.
Untuk di warung makan sendiri, ia menggunakan babi guling di kisaran berat 60 hingga 70 kg, karena ukuran tersebut membuat kulitnya crispy dan dagingnya tidak alot. Jika ukurannya di bawah 60 kg, kulitnya cepat layu namun dagingnya lembut. Sedangkan ukuran di atas 70 kg, crispynya sangat baik namun dagingnya keras.
Satu porsi nasi babi guling bungkus seharga Rp15.000. Jika makan di tempat, harganya mulai dari Rp25.000. (Citta Maya/balipost)